Bisnis.com, MAKASSAR - Di tahun-tahun sebelum 2011, Sulawesi Selatan (Sulsel) sempat mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen beberapa kali yang mampu mempengaruhi tingkat kemiskinan nasional.
Pada masa itu, jika pertumbuhan ekonomi Sulsel dikeluarkan dari perhitungan nasional, maka tingkat kemiskinan Indonesia bisa saja meningkat. Namun prestasi Sulsel ini mampu membalikkan kondisi tersebut. Hal ini diungkapkan Ekonom Wijayanto Samirin dalam acara CEO Business Forum 2022 di Makassar, Selasa (4/10/2022).
Saat ini pertumbuhan ekonomi Sulsel tak sehebat dulu. Namun dari data beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi wilayah ini diproyeksi bisa saja kembali seperti waktu sebelum 2011.
Melihat pergerakan perekonomian Sulsel yang terus bertumbuh, sejumlah pihak optimistis ekonomi wilayah ini terus bergerak positif. Proyeksi pertumbuhannya pun diperkirakan mencapai 5,8 persen hingga akhir tahun ini, dan bisa mencapai 6 persen pada 2023 nanti.
Wijayanto Samirin mengatakan, Sulsel menunjukkan resiliensi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat meningkatkan optimisme pertumbuhan ekonomi Sulsel dan menekan dampak krisis jika terjadi krisis global.
Pertumbuhan ekonomi Sulsel selalu tumbuh diatas rata-rata pertumbuhan nasional. Sepanjang 2011-2021, ekonomi Sulsel bahkan tumbuh di rata-rata 6,53 persen, lebih tinggi dari rata-rata ekonomi nasional yang hanya di angka 4,51 persen.
Dalam kurun waktu tersebut, Sulsel menunjukkan resieliensi ekonomi di mana standar deviasi pertumbuhan ekonomi mencapai 2,52 persen, hanya sedikit di atas nasional (2,15 persen). Resiliensi ini terutama disebabkan oleh pasar Sulsel yang besar, produk yang lengkap, dan perannya sebagai hub Indonesia Timur.
"Sulsel punya hampir seluruh faktor untuk sukses. Pasar yang besar, natural resources, suplai pangan berbagai produk lengkap, lokasi sangat strategis sebagai hub Indonesia Timur bahkan bisa jadi hub asia pasifik," ungkapnya.
Ekonomi wilayah ini yang tumbuh 5,18 persen pada triwulan II/2022 atau lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,28 persen juga memberikan optimisme bahwa perekonomian Sulsel akan semakin baik lagi pada triwulan III/2022.
Bank Indonesia bahkan memproyeksi pertumbuhan ekonomi Sulsel hingga akhir 2022 berada di kisaran 5,05 persen hingga 5,8 persen.
Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II/2022 ini begitu didorong oleh andil beberapa Kelompok Lapangan Usaha (LU), antara lain Perdagangan, Industri Pengolahan, dan Transportasi. Andil masing-masing LU tersebut adalah 15,10 persen, 12,50 persen, dan 3,90 persen.
Sementara berdasarkan Kelompok Pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan II/2022 didorong oleh komponen ekspor. Ekspor Barang dan Jasa Sulsel pada triwulan ini tumbuh sebesar 44,11 persen (yoy).
Melihat data terakhir, nilai ekspor yang dikirim melalui pelabuhan Sulsel pada Agustus 2022 tercatat mencapai US$184,40 Juta. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 15,02 persen bila dibandingkan nilai ekspor Juli 2022 yang mencapai US$ 160,32 Juta.
Capaian Agustus 2022 ini tercatat mengalami peningkatan sebesar 59,23 persen dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$115,81 juta.
Dilihat dari perkembangan inflasi Sulsel, berdasarkan realisasi September 2022, Sulsel mengalami inflasi bulanan 1,12 persen(mtm). Realisasi inflasi ini utamanya dikontribusikan oleh kelompok pengeluaran transportasi, dengan andil 1,15 persen secara bulanan.
Tiga komoditas kontributor inflasi tertinggi di Sulsel pada September 2022 adalah bensin (0,83 persen; andil mtm), angkutan dalam kota (0,07 persen; andil mtm), serta tarif kendaraan roda 2 online (0,07 persen; andil mtm).
Kenaikan harga pada tiga komoditas tersebut dipengaruhi oleh kebijakan pengalihan subsidi BBM oleh pemerintah pusat, penyesuaian tarif angkutan dalam kota oleh DPC Organda Kota Makassar, serta penyesuaian tarif ojek online (ojol) oleh kementerian terkait.
Kondisi ini diproyeksi tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara negatif. Pasalnya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulsel juga tengah bekerja untuk menjaga stabilitas inflasi di wilayah ini.
TPID terus memantau pergerakan harga dan melakukan langkah-langkah pengendalian yang diperlukan, mengacu pada kerangka 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif). Salah satu yang dilaksanakan adalah operasi pasar dalam upaya menstabilkan harga di pasaran.
Jajaran pemerintah daerah juga bisa menggunakan instrumen pembiayaan APBD dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain meliputi penggunaan 2 persen Dana Transfer Umum dan penggunaan mata anggaran Belanja Tak Terduga untuk pengendalian inflasi daerah, misalnya dalam rangka pemberian subsidi ongkos angkut.
"Kita masih optimistis di tengah kenaikan harga BBM yang menggerus daya beli, kita akan berusaha menjaga daya beli di Sulsel hingga pertumbuhan ekonomi Sulsel bisa sampai 5,8 persen hingga akhir 2022," kata Deputi Direktur Bank Indonesia Provinsi Sulsel Febrina.
Dari sisi perbankan, pada Agustus 2022 kinerja perbankan Sulsel mengalami pertumbuhan positif dibanding tahun sebelumnya (yoy) untuk aset, DPK, dan kredit, dengan masing-masing tumbuh 5,91 persen, 4,29 persen, dan 6,07 persen. Pertumbuhan kredit produktif tercatat 7,69 persen atau di angka Rp72,5 triliun dan kredit konsumtif sebesar 4,23 persen di angka Rp61,87 triliun.
Sementara NPL konsumtif masih di Rp1,15 triliun atau 1,93 persen dan NPL produktif Rp3,06 triliun atau 4,24 persen. "Komposisi ini jelas bagus bahwa peran perbankan memberikan peran yang sangat efektif mendorong sektor ril. Konsumtif di sini dibutuhkan untuk mengontrol pertumbuhan ekonomi," ungkap Kepala OJK Regional 6 Sulampua Darwisman.
Baca Juga
Sementara Kepala Bappelitbangda Sulsel Andi Darmawan Bintang mengatakan wilayahnya kini memiliki pondasi yang kuat menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Bahkan ia optimistis hingga 2023, pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di angka 6 persen.
Demi mengakselerasi hal tersebut, pihaknya kini fokus menyediakan berbagai infrastruktur yang akan menjadi akses semua stakeholder ekonomi. Bahkan anggaran Rp1 triliun telah dianggarkan untuk membangun infrastruktur terutama jalanan. "Anggaran ini untuk mengakselerasi percepatan rehabilitasi maupun peningkatan infrastruktur terutama jalan. Dimana kita bisa memperpendek arus barang dan jasa, tentu itu menurunkan biaya," paparnya.
Pemprov juga kini tengah menyiapkan berbagai irigasi untuk memperkuat pertanian. Selain itu juga menyiapkan bibit, pupuk, dan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan petani. Fokus ini tak lepas dari sektor pertanian yang diproyeksinya mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayahnya di masa yang akan datang.