Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Sulsel 2019 Tumbuh Terendah, Ini Pemicunya

Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada 2019 pada angka 6,92 persen lebih rendah dari proyeksi 7,0 persen - 7,4 persen.
Seorang jasa pembajak sawah dengan traktor tangan menuntaskan pekerjaannya di areal persawahan di Kelurahan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Kamis (13/2/2020). Petani padi di wilayah tersebut mengeluhkan kenaikan jasa pembajak sawah dengan mesin tractor naik dari Rp 1.4 juta per hektare menjadi Rp 2 juta per hektarenya terjadi sejak awal tahun 2019 akibat belasan traktor tangan bantuan dari pemerintah rusak./Antara-Jojon
Seorang jasa pembajak sawah dengan traktor tangan menuntaskan pekerjaannya di areal persawahan di Kelurahan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Kamis (13/2/2020). Petani padi di wilayah tersebut mengeluhkan kenaikan jasa pembajak sawah dengan mesin tractor naik dari Rp 1.4 juta per hektare menjadi Rp 2 juta per hektarenya terjadi sejak awal tahun 2019 akibat belasan traktor tangan bantuan dari pemerintah rusak./Antara-Jojon

Bisnis.com, MAKASSAR — Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada 2019 pada angka 6,92 persen lebih rendah dari proyeksi 7,0 persen-7,4 persen.

Adapun pada 2017, merujuk pada data BPS ekonomi Sulsel mampu tumbuh di angka 7,23 persen. Lalu pada 2018, meski mengalami sedikit perlambatan namun pertumbuhannya masih bertahan di angka 7,07 persen.

Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah mengemukakan terdapat dua sektor yang menghambat pertumbuhan ekonomi Sulsel sehingga sulit bergerak ke angka 7 persen. Keduanya yakni sektor pertanian dan transportasi.

"Pada Januari 2019 lalu terjadi banjir besar yang melanda 13 kabupaten/kota di Sulsel yang berdampak pada lahan pertanian seluas kurang lebih 13 hektare," ungkap Yos, Jumat (14/2/2020).

Anomali cuaca yang terjadi di Sulsel sepanjang 2019 berdampak signifikan pada lahan pertanian. Adapun menjelang akhir tahun kemarau panjang melanda Sulsel yang membuat luas lahan panen padi berkurang berkisar 15 persen.

Sementara pada sektor transportasi, kenaikan tarif tiket pesawat juga berperan dalam melambatnya perekonomian daerah. Yos mengatakan, fenomena itu memicu penurunan jumlah penumpang pesawat yang cukup drastis di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

"Sehingga memengaruhi jumlah kunjungan ke Sulsel," tutur Yos.

Tercatat, pada 2018 jumlah penumpang di Bandara Hasanuddin sebesar 4,4 juta, namun di 2019 turun menjadi 3,5 juta. Hal itu kata Yos juga berdampak pada tingkat hunian kamar hotel berbintang yang ikut turun.

Sektor-sektor tersebut merupakan penggerak struktur PDRB Sulsel. Yang mana sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 27,54 persen di triwulan akhir 2019, sementara sektor transportasi mengalami kontraksi di level 1,11 persen.

Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menilai perlambatan tersebut hanya terjadi sementara. Menurutnya, akselerasi perekonomian Sulsel bisa kembali stabil pada 2020, dengan menggenjot pertumbuhan sektor lainnya.

"Kita optimistis tahun ini bisa kembali stabil. Guna meningkatkan kebutuhan pembangunan, kita sudah berkomitmen untuk menggenjot investasi yang masuk ke Sulsel," ungkap Nurdin. (K36)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper