Bisnis.com, MAKASSAR -- Laju inflasi Sulawesi Selatan pada periode Januari-Desember 2019 dinilai cukup stabil dibandingkan tahun sebelumnya dengan periode yang sama. Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat inflasi Sulsel sepanjan 2019 yakni sebesar 2,35 persen.
Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dengan lajut inflasi Sulsel sebesar 3,5 persen.
Laju inflasi yang cenderung terkendali dibandingkan tahun sebelumnya di karenakan adanya perubahan indeks harga konsumen pada sejumlah kelompok pengeluaran. Utamanya pada periode akhir 2019 yakni di bulan Desember.
"Pada periode tersebut terdapat enam kelompok pengeluaran yang memberikan andil positif terhadap inflasi. Sementara satu lainnya memberi peran negatif terhadap laju inflasi Sulsel," ungkap Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah, Kamis (2/12/2020)
Ia merincikan kelompok pengeluaran dengan andil positif di antaranya kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,071%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,023%, kelompok kesehatan sebesar 0,020%.
Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,018%, kelompok sandang sebesar 0,010%, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,000%. Sementara kelompok pengeluaran dengan andil negatif yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,107%.
Laju inflasi pada angka 2,35% tentu menjadi kabar gembira bagi Pemerintah Provinsi Sulsel.
Sebelumnya, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah bahkan memprediksi inflasi Sulsel masih tetap bertengger di angka 3%. Pencapaian itu kata dia berkat adanya sinergitas dari seluruh stakeholder terkait.
"Sejumlah antisipasi sudah kami lakukan. Sebelum periode akhir tahun, Pemprov Sulsel juga telah melakukan High Level Meeting dengan menghadirkan para pemangku kebijakan dan Forkopimda," terang Nurdin.
Ia menerangkan, dalam menekan laju inflasi dibutuhkan penguatan strategi dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam jangja panjang. Pengendalian inflasi menurutnya perlu dilakukan secara struktural melalui tiga strategi utama.
Pertama kata Nurdin, melakukan penguatan produksi dan distribusi. Kedua, melalui teknologi dengan penguatan riset dan aplikasi teknologi tepat guna. Ketiga, melalui pembiayaan dengan penguatan skim pembiayaan produksi pertanian.
"Strategi lain yang juga penting dilakukan yaitu pemerataan pertumbuhan ekonomu bagi nelayan dan petani," jelas Nurdin.