Bisnis.com, MAKASSAR - PT Bank Negara Indonesia Tbk. mendorong geliat industri properti di Sulawesi Selatan yang cenderung mengalami stagnasi di semester I/2017 melalui penyelenggaran pameran guna memacu penjualan seluruh segmen.
Vice President Consumer Banking BNI Wilayah Makassar, Hadi Santoso mengatakan penyelenggaran pameran properti yang dinisiasi perseroan juga diproyeksikan ikut mampu mengatrol pertumbuhan KPR serta sejalan dengan kinerja industri secara keseluruhan.
Adapun pada pameran yang bertajuk BNI Griya Expo Makassar 2017, perseroan mengestimasi mampu menyalurkan KPR sebesar Rp30 miliar sepanjang penyelenggaran yang dijadwalkan 7 Juli hingga berakhir pada 16 Juli mendatang.
Dalam pameran tersebut, perseroan menggandeng tujuh pengembang lokal maupun nasional yang memiliki produk properti di Makassar maupun sejumlah titik di Mamminasata dengan klasifikasi rumah tapak subsidi hingga rumah komersil.
"Kami juga ingin mengoptimalkan ceruk pasar yang belum tergarap seperti ini, sehingga kami memfasilitasi pengembang yang memiliki produk subisdi FLPP maupun komersil. Tetapi memang orientasinya kami lebih ke komersil yang cenderung stagnan sepanjang tahun ini," ujarnya, Kamis (6/7/2017).
Pada pameran properti itu, calon debitur memungkinkan mendapatkan bunga KPR sebesar 7,1%.
Dia menjelaskan, orientasi utama perseroan dalam penyelenggaraan pameran tersebut mengarah pada akselerasi segmen komersil dengan mengacu pada kondisi industri yang mencatatkan tren stagnan bahkan cenderung melemah.
Hadi mencontohkan, sejumlah klaster perumahan dengan klasifikasi menengah ke atas hingga mewah di Makassar mengalami pelemahan dari sisi penjualan, berbanding terbalik dengan sumah tapak subsidi yang mencatatkan grafik pertumbuhan.
Kendati demikian, komposisi penyaluran KPR yang direalisasikan perseroan sepanjang semester pertama tahun ini masih terkonsentrasi pada segmen komersil sebesar 70% sedangkan selebihnya untuk FLPP.
"Komposisi ini memang dipengaruhi disparitas harga rumah subsidi dengan rumah komersil. Perbandingannya saja, satu unit komersil bisa setara dengan tiga unit rumah subisidi, belum lagi jika itu rumah mewah," katanya.
Namun, lanjut Hadi, tren penyaluran KPR perseroan untuk segmen rumah komersil pada periode tersebut cenderung tertahan mengikuti kondisi pasar properti.
Secara rerata kumulatif sepanjang semester pertama 2017, realisasi KPR berada dikisaran Rp80 miliar hingga Rp120 miliar per bulan dengan kecenderungan fluktuasi.
"Pada beberapa bulan penyaluran KPR kami bahkan menyentuh Rp120 miliar, tetapi terdapat pula periode di mana penyaluran kurang bergairah. Seperti pada akhir semester I/2017 yang bertepatan dengan momentum Ramadan dan Lebaran, KPR kami hanya maksimal mencapai Rp80 miliar," papar dia.
Dalam kesempatan berbeda, Ketua REI Sulsel Arief Mone mengatakan momentum pemulihan industri properti bakal terjadi pada semester kedua tahun ini.
Secara keseluruhan hingga akhir 2017, proyeksi penjualan properti di Sulsel bakal lebih baik terutama pada segmen menengah ke bawah atau MBR sedangkan segmen komersil cenderung tertahan meski tetap berada pada tren pertumbuhan terbatas.
Sejalan dengan proyeksi itu, lanjut Arief, penetrasi pembangunan residensial juga akan lebih cenderung mengarah pada rumah tapak subsidi yang ditargetkan mencapai 15.000 unit pada tahun ini, sedangkan komersil atau nonsubsidi sebanyak 5.000 unit.
"Tahun ini kami realistis, adapun total unit yang direncanakan oleh pengembang yang tergabung di REI Sulsel sebanyak 20.000 unit. Lebih baik dari tahun lalu, tetapi dari sisi kinerjanya memang belum akselerasi, boomingnya diperkirakan tahun depan," urainya.
Adapun kondisi tahun lalu diakui berada dalam fase yang sulit, kata Arief, yang mana kinerja penjualan unit masih banyak yang tersisa dari total realisasi proyek residensial yang direalisasikan tahun lalu sebanyak sekitar 15.000 unit.
Dia mengungkapkan, penyediaan pasokan perumahan yang dihadapi REI di Sulsel terkhusus di Makassar tidak hanya faktor politik maupun perekonomian secara makro, tetapi juga besaran kenaikan NJOP hingga 300% menghambat pengembangan hunian bagi masyarakat.
Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan sektor properti di Sulsel pada tahun ini hanya akan berada di kisaran 6,4% hingga 6,8% dan bakal menjadi momentum titik balik pascakeselesuan yang terjadi pada tahun lalu.