Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Kredit Sulsel Tumbuh Dua Digit di Awal Tahun

Penyaluran kredit di Sulsel posisi Januari 2024 sebesar Rp156,69 triliun, tumbuh 13,15%.
Ilustrasi konsumen melakukan transaksi menggunakan kartu kredit./Freepik
Ilustrasi konsumen melakukan transaksi menggunakan kartu kredit./Freepik

Bisnis.com, MAKASSAR - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit di Sulawesi Selatan (Sulsel) posisi Januari 2024 sebesar Rp156,69 triliun, tumbuh dua digit atau 13,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp138,35 triliun.

Sektor produktif masih menjadi tujuan penyaluran terbesar mencapai Rp87,94 triliun atau 56% dari total penyaluran kredit pada bulan tersebut, sementara untuk sektor konsumtif mencakup 44% atau sebesar Rp68,75 triliun.

Kepala OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) Darwisman mengungkapkan, berdasarkan komposisi kredit per sektor ekonomi, sektor perdagangan besar dan eceran masih mendominasi penyaluran dengan Rp37,93 triliun atau mencakup 24,23% dari total kredit Sulsel pada Januari 2024.

Kemudian disusul pemilikan peralatan rumah tangga lainnya sebesar Rp27,06 triliun (17,29%), pemilikan rumah tinggal sebesar Rp22,45 triliun (14,34%), bukan lapangan usaha lainnya sebesar Rp15,84 triliun (10,12%), dan pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar Rp12,73 triliun (8,13%).

"Pertumbuhan kredit pada Januari tahun ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel 2023 yang ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; sektor perdagangan besar dan eceran, sektor Industri pengolahan, konstruksi, serta informasi dan komunikasi, dengan total share kelima sektor tersebut terhadap PDRB Sulsel sebesar 68,78%," ungkapnya kepada Bisnis, Senin (1/4/2024).

Kinerja positif tersebut pun dibarengi dengan tingkat risiko kredit perbankan (NPL) di Sulsel yang masih tetap terjaga di posisi 3,04% dan berada dibawah ambang batas 5%. Berdasarkan kegiatan, NPL Bank umum dan BPR masing-masing sebesar 3,04% dan 3,12%. Adapun indikator fungsi intermediasi (LDR) mencapai 123,52%.

"Berdasarkan sektornya, NPL sektor konsumtif tercatat sebesar 1,6%, jauh lebih rendah dibandingkan NPL dari sektor produktif yang mencapai 4,18%," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper