Bisnis.com, MAKASSAR — Bank Indonesia memperkirakan inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) sepanjang 2024 akan terjaga di rentang sasaran 1,5% - 3,5% (yoy) seiring dengan perbaikan produksi pangan di tengah cuaca yang diperkirakan berangsur kondusif.
Meskipun begitu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulsel Rizki Ernadi Wimanda mengatakan, penambahan kabupaten Luwu Timur, Wajo, dan Sidrap dalam penghitungan IHK Sulsel perlu menjadi perhatian mengingat ketiga daerah tersebut masih mengalami defisit pada beberapa neraca komoditas pangan strategis.
Bawang merah menjadi komoditas utama penyebab besarnya defisit di tiga daerah tersebut, sementara cabai rawit juga menjadi penyebab di Luwu Timur dan Sidrap. Lebih lanjut, penambahan komoditas dalam keranjang penghitungan IHK berpotensi memberi tekanan kenaikan harga dibandingkan pada 2023.
"Penambahan daerah dan komoditas dalam keranjang penghitungan IHK Survey Biaya Hidup (SBH) 2022 perlu menjadi perhatian. Komoditas SBH 2022 tercatat sebanyak 503, bertambah dari 480 pada SBH 2018. Tiga daerah baru tersebut pun masih mengalami defisit pada beberapa komoditas strategis, masuk ke dalam perhitungan SBH 2022," ungkapnya melalui keterangan resmi, Selasa (6/2/2024).
Beberapa faktor pendorong inflasi Sulsel tahun ini antara lain perkiraan konsumsi domestik yang lebih tinggi seiring membaiknya pertumbuhan ekonomi pada 2024, outlook harga emas internasional yang lebih tinggi di 2024, peningkatan permintaan untuk persiapan dan pelaksanaan Pemilu, hingga kenaikan cukai rokok, cukai minuman beralkohol, dan pajak hiburan.
Sementara beberapa faktor penahannya diprediksi antara lain meningkatnya produksi pangan pokok seiring membaiknya kondisi iklim, melandainya harga minyak dunia, kuota LPG 3 kg yang lebih tinggi pada 2024, peningkatan program strategis Pemda di Sulsel untuk pengendalian inflasi, hingga peningkatan jalur penerbangan seiring pemulihan ekonomi.