Bisnis.com, MAKASSAR - Peluang ekspor bat guano alias kotoran kelelawar asal Sulawesi Selatan rupanya cukup menjanjikan. Baru-baru ini, Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar melakukan sertifikasi terhadap 46 ton bat guano.
Koordinator Karantina Hewan BBPK Sandra Diah Widhiyana mengatakan 46 ton bat guano tersebut telah disertifikasi dan siap diekspor ke Amerika Serikat. Nilai ekspornya bisa mencapai Rp330 juta.
Sertifikasi itu dilakukan dengan memeriksa kesesuaian antara dokumen dengan fisik barang. Termasuk persyaratan pemenuhan protokol pengiriman barang sebagai antisipasi agar barang tidak tertolak di negara tujuan.
"Kami juga fasilitasi in line inspection. Kami lakukan pemeriksaan di tempat. Jadi kalau sudah masuk pelabuhan itu sudah bersegel, sudah diperiksa, sudah disertifikasi. Jadi ada percepatan di pelabuhan. Tidak perlu berlama-lama, barang bisa langsung dikirim," jelasnya, Kamis (24/3/2022).
Sandra membeberkan permintaan ekspor bat guano memang cukup besar. Namun dirinya belum bisa menyebut jumlah pasti pasti setiap kali pengiriman dilakukan.
"Jadi kami belum bisa mengukur bisa berapa ton karena itu tidak diternakkan itu. Kalau ada ya dipanen. Tapi memang permintaan banyak dari luar," katanya.
Baca Juga
Bat guano sendiri merupakan bahan baku dalam pembuatan pupuk organik. Di dalam kotoran kelelawar itu ternyata terdapat kandungan senyawa organik berupa fosfor, nitrogen, dan potasium, yang mana ketiga senyawa ini sangat baik dan sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Sandra menjelaskan tujuan ekspor bat guano asal Sulsel saat ini hanya menyasar Amerika Serikat. Namun, pihaknya juga kini mengupayakan agar sayap ekspor dilebarkan hingga ke pangsa pasar Uni Eropa dan China.
"Jadi setiap negara itu sudah punya protokol bagaimana barang itu masuk ke sana. Mulai persyaratan kesehatan sampai sanitasinya setiap negara itu berbeda. Saat ini Amerika yang sudah bisa kami penuhi protokol pengiriman barangnya," ungkap Sandra.
Di Sulsel sendiri, ekspor bat guano rupanya baru dilakukan oleh satu eksportir. "Kami sedang sama-sama menjajaki untuk pengiriman ke negara lain. Tapi kembali lagi protokol pengirimannya kami berusaha penuhi," pungkasnya.
Eksportir bat guano asal Sulsel, Aidil Fitrah mengatakan mulai menjajaki bisnis ekspor bat guano sejak tahun 2018. Dia memperoleh bat guano dari dua kabupaten, yakni Bone dan Maros.
Tidak menutup kemungkinan, juga ada potensi daerah lain, hanya saja belum digarap. Sebut saja Kabupaten Soppeng yang terkenal dengan kelelawarnya. Hanya saja, tidak semua bat guano memenuhi standar untuk diekspor.
"Kelelawar memang terkenal di Soppeng, hanya saja tidak semua memenuhi standar ekspor. Tidak semua kotoran kelelawar itu memenuhi standar untuk dijadikan pupuk di Amerika. Harus melalui uji lab," katanya.
Adil mengaku, dalam satu kali pengiriman, pihaknya bisa mengirimkan dua kontainer bat guano dengan total 46 ton. Nilai ekspornya dikonversi dalam bentuk dolar, sehingga jika dirupiahkan bisa mencapai Rp330 juta.
"Kalau kontrak yang ke Amerika itu kami harus mengirim 8 kontainer. Untuk pangsa pasar Eropa kami sedang upayakan buka jalur ke sana," tutupnya.