Bisnis.com, MANADO--Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Sulut bakal lebih rendah dari proyeksi sebelumnya akibat imbas penyebaran Covid-19.
Sebelumnya, dalam Laporan Perekonomian Provinsi Sulut Februari 2020, Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi Sulut akan tumbuh sebesar 5,6-6,0 persen pada 2020.
Bank Indonesia Sulut masih menganalisis seberapa dalam situasi pandemi Covid-19 ini akan menahan laju pertumbuhan ekonomi Sulut tahun ini. Namun, diperkirakan setidaknya terdapat tiga sektor yang berpotensi mengalami perlambatan, yakni pariwisata, perdagangan, dan investasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan bahwa saat ini sektor yang telah terlihat jelas terdampak adalah pariwisata. Adapun, dampak Covid-19 terhadap sektor lain belum tampak signifikan lantaran penyebaran Covid-19 di Sulut baru terjadi pada pertengahan Maret.
"Dari jalur pariwisata sendiri kemungkinan pertumbuhan kami koreksi antara 0,4-0,8 persen dari skenario awal. Tapi channel lainnya, yakni perdagangan dan investasi, sedang kami uji lagi karena kami mau lihat seberapa jauh efektivitas kebijakan pengendalian Covid-19," kata Arbonas kepada Bisnis, baru-baru ini.
Selain itu, Arbonas mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pasti akan terkoreksi dengan adanya imbauan social distancing. Hal ini akan menurunkan sisi suplai, penawaran, dan kebutuhan.
Baca Juga
Dalam situasi seperti ini, dia pun berharap sektor pertanian di Sulut masih tetap bertumbuh untuk menopang perekonomian Sulut. Sebab kontribusi sektor tersebut memiliki porsi yang cukup besar, yakni sekitar 23 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulut.
"Sektor pertanian kan ada tiga, yakni pertanian, perikanan, dan kehutanan. Itu kan barang-barang yang dimakan, harusnya tetap tumbuh. Dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan sektor ini juga stabil," kata Arbonas.