Bisnis.com,MANADO— Kamar Dagang dan Industri Sulawesi Utara menilai penurunan kinerja ekspor nonmigas Bumi Nyiur Melambai pada 2019 perlu dilihat secara serius dan disiasati dengan sejumlah langkah
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Utara (Sulut) Ivanry Matu mengungkapkan terdapat beberapa poin yang perlu dibenahi untuk menggenjot ekspor nonmigas tahun ini. Salah satunya,peningkatan nilai jual, bukan hanya dari sisi kuantitas.
Ivanry menjelaskan bahwa komoditas yang diekspor bukanlah bahan mentah tetapi barang setengah jadi. Dengan demikian, para eksportir menurutnya harus mulai menaikkan kelas.
“Oleh karena itu, industri pengolahan sudah harus ada di Sulut,” jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (5/2/2020).
Selain itu, dia meminta adanya upaya membangun kerja sama secara aktif di bidang perdagangan eskpor. Dengan demikian, Dinas terkait harus proaktif dalam membuka akses dengan meminta dukungan atase perdagangan untuk memperluas dan mencari pasar baru.
Ivanry meminta agar Pemerintah memfasilitasi usaha kecil dan menengah (UKM) berorientasi ekspor. Hal itu melalui pendampingan bagi para pelaku usaha yang baru melakukan ekspor.
“Perlu membangun UKM center dengan konsep terintegrasi untuk memfasitasi UKM ekspor atau semacam smelter UKM,” tuturnya.
Di sisi lain, dia juga menyoroti kinerja ekspor komoditas lemak dan minyak nabati yang terus mengalami penurunan. Padahal, produk di dalam kelompok itu merupakan andalan bagi Sulut.
“Harus segera diantisipasi, cermati, serta evaluasi kenapa turun dan negara mana saja pesaing Sulut. Ciptakan pasar baru jangan hanya Eropa dan Amerika Serikat saja,” imbuhnya.
Sebagai catatan, Sulut merealisasikan total nilai ekspor nonmigas US$767,27 juta pada Januari 2019—Desember 2019. Pencapaian itu turun 21,23 persen dibandingkan dengan realisasi US$974,06 juta pada Januari 2018—Desember 2018.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut menunjukkan koreksi cukup dalam dialami oleh kinerja ekspor komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati. Realisasi nilai ekspor komoditas itu turun 41,20 persen secara tahunan pada 2019.
Padahal, komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati memiliki peran paling besar terhadap total nilai ekspor nonmigas Sulut periode 2019. Tercatat, golongan barang HS 15 itu berkontribusi sebesar 43,71 persen.