Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Dua Komoditas Andalan Sulsel Turun

Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat adanya penurunan ekspor terhadap dua komoditas andalan.
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, MAKASSAR - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat adanya penurunan ekspor terhadap dua komoditas andalan Sulsel pada periode Desember 2019. Keduanya yakni komoditas nikel yang turun sebesar 11,17 persen dan biji-bijian berminyak dan tanaman obat sebesar 25,13 persen.

Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah mengatakan penurunan kedua komoditas tersebut dipicu oleh sejumlah faktor. Salah satunya karena menurunnya permintaan dari negara tujuan ekspor.

"Secara total nilai ekspor komoditas nikel pada November 2019 sebesar US$95,07 juta menurun jadi US$84,45 juta pada Desember 2019. Sementara untuk komoditas biji-bijian berminyak dan tanaman obat dari US$10,73 menurun jadi US$8,03 juta," papar Yos, Selasa (4/2/2020).

Selama ini, nikel mampu menjadi komoditas andalan sebab kontribusinya terhadap nilai ekspor Sulsel selalu berada di kisaran 70 persen dari seluruh nilai ekspor komoditas lainnya di Sulsel. Penurunan nilai ekspor juga terjadi di sejumlah negara tujuan komoditas nikel.

Adapun negara tujuan tersebut seperti Jepang dengan penurunan ekspor sebesar 9,68 persen dan Tiongkok sebesar 24,29 persen. Aktivitas eksportasi untuk komoditas nikel tampaknya juga akan dipengaruhi dengan keputusan pemerintah yang resmi melarang ekspor mentah biji nikel.

Keputusan tersebut mulai berlaku pada 2020 berdasarkan informasi yang disampaikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada akhir 2019 lalu. Adanya larangan ekspor itu bertujuan agar bijih nikel bisa diolah terlebih dahulu di dalam negeri.

Di sisi lain, Ekonom Universitas Hasanuddin Anas Iswanto Anwar menyatakan aktivitas eksportasi Sulsel juga dipengaruhi oleh tekanan ekonomi global. Terlebih perang dagang yang masih terjadi antara Amerika dan Cina hingga akhir 2019 lalu.

"China itu merupakan pasar ekspor nikel kedua setelah Jepang. Pada periode Desember 2019 penurunannya juga cukup signifikan. Itu karena masih adanya ketegangan dengan Amerika," jelas Anas.

Merujuk data BPS, secara total nilai ekspor Sulsel pada Desember 2019 tercatat mencapai US$123,00 juta. Angka tersebut memang mengalami penurunan sebesar 10,45 persen bila dibandingkan nilai ekspor pada bulan sebelumnya sebesar US$ 137,35 juta.

Kendati demikian, sepanjang 2019 lalu neraca perdagangan Sulsel terpantau surplus dengan nilai sebesar US$59,97 juta. (K36)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper