Bisnis.com, MANADO – PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo atau Bank Sulutgo menunda penerbitan obligasi hingga tahun depan. Perseroan akan mengandalkan dana internal untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo.
Berdasarkan data Kustodian Stok Efek Indonesia (KSEI) perseroan tercatat memiliki obligasi senilai Rp750 miliar yang akan jatuh tempo pada 8 Oktober 2019. Obligasi ini diterbitkan pada 2014 dengan tenor 5 tahun dan kupon sebesar 11,9%.
Direktur Utama Bank Sulutgo Jeffry A.M. Dendeng menjelaskan bahwa perseroan sempat berencana menerbitkan kembali obligasi untuk membayar obligasi itu. Namun, perseroan memutuskan untuk menunda rencana itu dan memilih mengandalkan dana internal.
“Kami kan punya obligasi yang mau jatuh tempo, jadi kami memang seharusnya memang memperpanjang obligasi pada Oktober, tapi karena kondisi kita belum terlalu baik, jadi nanti saja perpanjangnya, sementara ini pakai dana internal dulu,” tuturnya kepada Bisnis, Selasa (24/7/2019).
Dia mengatakan, rencana penerbitan obligasi akan diupayakan pada tahun depan. Dengan catatan, kinerja perseroan terus membaik hingga akhir tahun. Hal itu diharapkan dapat membuahkan kupon obligasi yang tidak terlalu tinggi untuk Bank Sulutgo.
Hingga akhir Juni, perseroan mencatatkan penurunan laba sebelum pajak sebesar 33% secara tahunan, menjadi Rp127,4 miliar. Adapun, pada periode yang sama tahun lalu Bank Sulutgo berhasil menorehkan laba sebesar Rp191,7 miliar.
Baca Juga
Jeffry menjelaskan, hal itu disebabkan oleh pembengkakan kualitas kredit Oktober—April. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan Bank Sulutgo sempat mencapai 4,5% pada akhir kuartal I/2019. Namun, belakangan kondisi itu mulai membaik.
Per akhir Juni, NPL tercatat pada posisi 3,7%. Meski tercatat naik secara tahunan, dibandingkan kuartal/2019, hal ini menunjukkan perbaikan kinerja Bank Sulutgo. Jeffry berharap, tren positif ini dapat terus bertahan hingga akhir tahun.
“Lebih kepada kalau kami mau lepas bond ini mereka kan pasti lihat performa bank, kan akan dilihat tingkat bunganya dari situ, kalau pakai data Juni kelihatannya belum terlalu bagus, jadi lebih baik tunda dulu, supaya kita harga yang bagus, kalau masih dapat sekitar 10%, masih mending ambil deposito.”
Semakin cepat perbaikan neraca keuangan perseroan, lanjutnya, akan mempercepat proses penerbitan obligasi itu. Di luar kebutuhan melunasi obligasi yang lampau, penerbitan obligasi tetap dibutuhkan untuk menunjang ekspansi bisnis.
“Yang pertama untuk peningkatan usaha. Kami harap ya minimal di akhir tahun ini, bahkan kalau bisa September kinerja kami sudah jauh lebih baik sehingga bisa kami lebih cepat merealisasikan rencana itu, lebih cepat lebih bagus,” jelasnya.
TAMBAH MODAL
Di sisi lain, Bank Sulutgo akan mendapatkan tambahan suntikan modal dari para pemilik saham. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) April lalu, para pemegang saham sudah menyetujui rencana itu tetapi belum sepakat soal nilai penambahan modal.
“Penambahan modal kalau di RUPS kemarin sih sudah ada rencana untuk menambah, ini juga kami peroleh dari cabang yang sudah tanya ke Pemkot, atau Pemda berapa yang tahun ini masing-masing anggarkan berapa? Kan biasa dianggarkan berapa,” jelasnya.
Hal itu masih akan dibicarakan lebih lanjut dalam pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBDP) dengan Dewan Perwakilan Rakyat di tingkat masing-masing. Dia berharap penambahan modal dapat sesuai dengan kebutuhan perseroan saat ini.
“Kalau bisa modal disetor kami tembus Rp1 triliun. Modal inti kami kan sudah di atas Rp1,2 triliun, tapi modal disetor belum sampai Rp1 triliun. Kami harapkan dengan adanya tambahan modal ini, minimal akhir tahun sudah di atas Rp1 triliun modal disetornya,” jelasnya.