Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sulut Antisipasi Inflasi Jelang Perayaan Pengucapan Syukur

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menyiapkan strategi untuk menjaga stabilitas harga jelang perayaan Pengucapan Syukur pada Juli-Agustus.
Suasana di pasar tradisional di Jakarta./ JIBI-Abdullah Azzam
Suasana di pasar tradisional di Jakarta./ JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, MANADO--Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menyiapkan strategi untuk menjaga stabilitas harga jelang perayaan Pengucapan Syukur pada Juli-Agustus.

Kepala Bagian Ekonomi Pemprov Sulut Sonny Runtuwene mengatakan bahwa Kabupaten Minahasa Tenggara akan menjadi yang pertama merayakan pengucapan di Sulut. Selanjutnya, selama dua bulan, kota dan kabupaten lain mengadakannya secara bergantian.

Dia menuturkan, Pemprov Sulut akan memperketat pengawasan terhadap produksi komoditas bawang, cabai atau rica, dan tomat (Barito) yang selalu menjadi penyeban inflasi Sulut. Tomat, khususnya tengah mengalami kenaikan harga signifikan dalam dua bulan terakhir dan berdampak signifikan terhadap inflasi Bumi Nyiur Melambai pada Juni.

"Dalam rangka pengucapan ini kami juga sudah bahas sejak Juni, setelah lebaran kami persiapakan juga untuk pengucapan, TPID [Tim Pengendali Inflasi Daerah] Sulut melakukan pemantauan perkembangan harga dan untuk melihat bagaimana produksi lokal di Sulut," tuturnya di Manado, Senin (1/7/2019).

Dia optimistis produksi lokal Sulut yang ditopang oleh daerah Minahasa, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, dan Bolaang Mongondow dapat memenuhi permintaan masyarakat.

Adapun, untuk pemantauan harga di pasar TPID Sulut akan membiarkan mekanisme pasar bekerja dalam penentuan harga di masyarakat. Namun demikian, apabila kenaikan harga sudah terlalu tinggi Pemprov Sulut akan mencoba melalukan penetrasi pasar dengan mendatangkan pasokan dari daerah lain.

"Kalaupun ada kenaikan harga seperti yang lalu, saat harga naik kami berusaha secepatnya mendatangkan cabai dari luar, tapi untuk tomat sebenarnya, produksi kami cukup untuk konsumsi lokal," jelasnya.

Menurutnya kenaikan harga tomat dan cabai selama ini disebabkan oleh panjangnya rantai pasok. Harga dari petani hingga ke konsumen telah meningkat sebanyak tiga sampai empat kali.

"Petani sebenarnya tidak naik banyak harganya, tapi sebetulnya di tigkat pengecer, kadang juga pengecer menaikan sendiri kadang dari pedagang besar atau ambil di pedagang eceran juga kadang menaikan signifikan," tuturnya.

Dalam jangka pendek, pengendalian produksi akan dilakukan melalui pemberian bantuan bibit dari pemerintah. Hal itu diharapkan dapat membantu menurunkan margin di petani seirinh dengan menurunnya harga produksi.

Selain itu, pemberian bibit juga diharapkan dapat membantu petani untuk menambah luas tanam. Menurutnya, tanaman hortikultura seperti tomat memiliki periode panen yang lebih pendek.

Dia juga mengatakan bahwa TPID Sulut mengharapkan Dinas Pertanian Sulut dapat membantu petani untuk membuat pola tanam yang tepat. Hal ini diharapkan dapat membuat petani lebih antisipatif terhadap peningkatan permintaan masyarakat.

"Yang kami usulkan sebenarnya membuat pola tanamnya sehingga tidak menanam serempak pada satu bulan, jadi diatur, menjelang Ramadan penanaman di Januari misalnya, Desember tanam di Juni misalnya," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler