Bisnis.com, MANADO—Museum Negeri Propinsi Sulawesi Utara mungkin bukanlah daya tarik utama wisata di Manado. Namun, saban hari tempat tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan, bukan dari dalam negeri melainkan dari negeri seberang.
Turis dari China menjadi pengunjung paling banyak museum setelah adanya rute penerbangan langsung dari negeri tersebut ke Manado. Rombongan dari Negeri Tirai Bambu tersebut, selalu memulai wisatanya dengan mengunjungi museum tersebut.
Silvana, Staf Museum Negeri Propinsi Sulawesi Utara mengatakan, hal itu dilakukan oleh setiap rombongan wisatawan dari China yang datang ke Manado. Selepas mengunjungi museum, barulah mereka pergi ke tempat wisata selanjutnya.
“Setelah rute penerbangan dibuka, turi dari China itu ada dua, yang mencari gunung dan laut. Tapi sebelum mereka pergi ke tujuan itu, mereka pasti dibawa dulu ke museum,” ujarnya, Kamis (4/3/2019).
Meski tak megah, bahkan beberapa koleksi yang sudah usang, museum menjadi pembuka kesan yang baik bagi para wisatawan. Setibanya mereka di sana, Silvana dan staf lainnya langsung menyambut mereka dengan permainan alat musik tradisional kolintang.
Lusinan wisatawan yang hadir langsung mengeluarkan ponsel mereka. Sebagian mengabadikannya dalam bentuk video. Sebagian lainnya langsung mengunggah ke media sosial mereka masing-masing, baik itu instagram atau facebook, langsung dari gedung yang terletak di Jl. W.R. Supratman No.72, Lawangirung, Wenang, Kota Manado tersebut.
Baca Juga
Tak cukup sampai di sana, mereka langsung diajak melihat berbagai koleksi yang dimiliki museum. Para wisatawan diberikan edukasi dan informasi terkait sejarah warga Sulawesi utara. Salah satu koleksinya yang paling menarik perhatian adalah ikan coelacanth atau ikan purba yang disebut raja laut.
Dalam gedung tiga lantai tersebut, terdapat pula diorama dan replika tentang tradisi kubur batu atau waruga yang dulu dilakukan oleh masyarakat Minahasa. Ada pula koleksi barang-barang yang dikuburkan di dalam waruga.
Febie Pomohon, Staf Pemandu Museum lainnya mengatakan bahwa dalam tradisi Minahasa, kubur batu dilakukan dengan memasukkan jenazah dalam posisi jongkok. Setelah itu, dimasukkan barang-barang kesayangan jenazah yang dipercaya akan menemaninya di alam baka.
Warisan sejarah lain berupa peninggalan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Utara hingga peninggalan era kolonial. Museum ini juga mempunyai koleksi sejarah tentang masuknya Islam ke sana, baik yang dibawah oleh Kiyai Mojo dari Jawa, ataupun Imam Bonjol dari Sumatera.
Dia menjelaskan pengaruh islam di Manado cukup kuat, meski tidak menjadi agama mayoritas. Para pengikut Kiyai Mojo menjadi awal mula terbentuknya Kampung Muslim Jawa di Tondano, yang tak lain merupakan ibu kota Kabupaten Minahasa.
“Sebanyak 63 pengikutnya itu menikah dengan warga sekitar, dan hingga sekarang adalah kampung tersebut,” ujar Febie.
Kedatangan para wisatawatan, terutama dari China membuat suasana museum selalu ramai. Namun, di balik keramaian tersebut, Silviana mengatakan bahwa masih ada hal yang cukup disayangkan, yakni kebiasaan para turis yang tidak menggunakan jasa pemandu wisata lokal.
Rombongan yang tiba pada sore hari tersebut adalah contohnya. Dia mengatakan, rombongan tersebut didampingi pemandu wisata yang langsung dibawa dari negeri asal mereka. Jangankan berbahasa Indonesia, berbahasa inggris pun masih terbata-bata.
“Makanya tadi dia bicara menggunakan google translate, dia ketik di ponselnya, lalu muncul bahasa Inggrisnya, tapi saat kita mau balas susah, dia punya keyboard hurufnya lain semua, huruf China,” ujarnya.
Di luar hal itu, dia menyambut positif kehadiran wisatawan asing yang membuat museum tak pernah sepi. Namun, dia berharap keterlibatan warga lokal ke depan dapat lebih ditingkatkan. Sehingga kedatangan turis asing dapat lebih berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari 10.864. Wisatawan asal China menjadi wisatawan terbanyak yang berkunjung ke sana, proporsi mereka terhadap total wisatawan mancanegara mencapai 93,80%.