Bisnis.com, MAKASSAR - Bank Indonesia menyiapkan uang kartal sebesar Rp2,46 triliun guna memenuhi kebutuhan masyarakat Sulawesi Selatan pada periode libur Natal dan Tahun Baru 2018.
Sebagian besar uang kartal tersebut bakal didistribusikan langsung melalui perbankan dengan nilai Rp1,24 triliun, kemudian melalui kas titipan milik bank sentral pada beberapa daerah di Sulsel serta selebihnya dengan skema pelayanan langsung ke masyarakat.
Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulsel Dwityapoetra Soeyasa Besar mengatakan besaran uang kuartal yang disiapkan itu mengalami peningkatan hingga 27,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pada momentum Natal dan Tahun Baru 2017 lalu, bank sentral mengalokasikan uang kartal sebanyak Rp1,92 triliun dalam memenuhi kebutuhan uang tunai masyrakat dalam merayakan hari libur maupun hari raya pada periode tersebut.
"Kenaikan alokasi penyiapan uang kuartal ini tidak hanya disesuaikan dengan proyeksi kebutuhan masyarakat, tetapi pada tahun ini ada tambahan las titipan milik BI di Sulsel, sehingga cukup banyak mempengaruhi pemenuhan uang kartal," katanya, Selasa (5/12/2017).
Sebagai informasi, BI memiliki empat jaringan kas titipan di Sulsel yakni di Palopo, Parepare, Bulukumba serta Bone yang baru diresmikan pada pertengahan 2017 lalu.
Adapun alokasi uang kartal yang disiapkan pada momentum Natal dan Tahun Baru kali ini yakni melalui perbankan Rp1,24 triliun, lalu kas titipan Palopo Rp350,33 miliar, Parepare Rp434,82 miliar, Bulukumba Rp252,42 miliar serta kas titipan Bone sebesar Rp150 miliar.
Kemudian selebihnya didistribusikan melaui layanan penukaran uang rusak atau uang tidak layak edar (UTLE) pada kantor BI Perwakilan Sulsel serta kas keliling yang memungkinkan diakses langsung oleh masyarakat.
Menurut Dwityapoetra, peningkatan alokasi uang kuartal tersebut menyesuaikan dengan tren pertumbuhan ekonomi daerah maupun daya beli masyarakat yang mulai berada pada level yang optimistis.
Di sisi lain, penyiapan uang kartal itu dimaksudkan pula mengurangi peredaran uang rusak maupun UTLE di masyarakat, terlebih distribusi dilakukan melalui kas keliling yang ditempatkan pada titik keramaian dan konsentrasi masyarakat.
INFLASI AKHIR TAHUN
Sementara itu, daya beli masyarakat yang melaju pada akhir tahun ini sejalan dengan momentum Natal dan Tahun Baru diproyeksikan membentuk inflasi pada rentang 0,5% hingga 0,9% untuk periode Desember 2017.
Kepala BI Perwakilan Sulsel Bambang Kusmiarso mengatakan inflasi diperkirakan berasal dari seluruh komponen disagresi, di mana pada inflasi inti bakal dipengaruhi konsumsi rumah tangga.
Kemudian dari sisi administered price, lanjut dia, inflasi berasal dari kenaikan harga tiket pesawat. Lalu pada inflasi volatile food dapat diredam melalui peningkatan kerjasama TPID.
"Khusus untuk komoditas di volitile food, kami yakini gejolak yang mungkin tercipta bisa diminimalisir. TPID telah menyiapkan langkah strategis untuk pengendalian inflasi akhir tahun," katanya.
Menurut Bambang, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulsel telah memetakan dan bakal memantau secara lebih seksama perkembangan harga komoditas pangan utama pembentuk inflasi.
Adapun komoditas yang menjadi sasaran pengendalian diantaranya beras, cabai, Ikan Bandeng, daging ayam serta beberapa komoditas lainnya yang secara historis mengalami gejolak permintaan pada akhir tahun.