Bisnis.com, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong industri perbankan di Sulawesi Selatan (Sulsel) mulai memfokuskan pembiayaan atau penyaluran kreditnya ke sektor pertanian, khususnya untuk pemangku kepentingan yang berperan dalam ekosistem kakao.
Komoditas unggulan ini dianggap memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan lebih luas, yang diproyeksi bisa menjadi salah satu komoditas utama pengangkat perekonomian daerah.
Kepala Kantor OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Moch. Muchlasin mengatakan pihaknya akan segera mengajak perbankan di Sulsel untuk melakukan identifikasi lapangan terlebih dahulu.
Dari identifikasi tersebut, para perbankan nantinya diarahkan untuk segera menentukan kriteria dan syarat yang perlu dilengkapi oleh para pelaku kakao agar bisa diberikan pembiayaan.
Setelah itu pada pertengahan tahun ini, bank-bank tersebut ditargetkan sudah harus menentukan sasaran mereka masing-masing, baik dari sisi kriteria maupun jumlah pembiayaannya.
Muchlasin berharap, sebagian dari pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR) nantinya bisa dikhususkan untuk para pelaku kakao.
Baca Juga
"Misal target KUR bisa sampai Rp500 miliar, berarti sebagian besar ke pertanian, termasuk 20%-nya mengarah ke kakao. Kalau pisang cavendish saja tahun lalu kreditnya di angka Rp7 miliar, harusnya kakao bisa lebih besar lagi," papar Muchlasin di Makassar, Minggu (11/5/2025).
Dia menambahkan, sebelumnya, pada awal bulan ini, pihaknya telah mengadakan pertemuan dengan para pemangku kepentingan, asosiasi, hingga pelaku usaha untuk membicarakan potensi pengembangan kakao.
Kehadiran mereka pun diklaim telah menunjukkan komitmen bersama dalam membangun ekosistem yang mendukung peningkatan akses dan pemanfaatan layanan jasa keuangan bagi para pelaku usaha kakao, mulai dari hulu hingga hilir.
Terpisah, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sulawesi Bagian Selatan (Kanwil DJBC Sulbagsel) Djaka Kusumartata mengatakan komoditas kakao terus memberi pengaruh pada penerimaan devisa ekspor Sulsel.
Pada kuartal I/2025, komoditas ini memang hanya memberi cakupan 6,6% dari total devisa ekspor Sulsel yang mencapai US$390 juta, namun angkanya meningkat 100% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kakao juga tercatat menjadi komoditas utama yang memberi pengaruh pada realisasi bea keluar Sulsel yang mencapai Rp13,89 miliar di kuartal pertama tahun ini, yang tumbuh 67,91%," tuturnya.