Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Makassar Turunkan Pengangguran di Bawah 10%

Hingga 2023, tingkat pengangguran di Kota Makassar terus mengalami penurunan.
Pencari kerja mendaftar di salah satu stan perusahaan pada Job Market Fair 2018 di Klaten, Jawa Tengah./JIBI
Pencari kerja mendaftar di salah satu stan perusahaan pada Job Market Fair 2018 di Klaten, Jawa Tengah./JIBI

Bisnis.com, MAKASSAR - Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) optimistis tingkat pengangguran di wilayahnya bisa terus ditekan hingga berada di bawah angka 10% pada tahun ini, melihat trennya yang terus mengalami penurunan sejak 2021.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kota Makassar Nielma Palamba mengungkapkan, sebagai Ibu Kota Provinsi Sulsel dan memiliki jumlah penduduk paling banyak di wilayah Indonesia Timur, Makassar cenderung berkontribusi signifikan terhadap tingkat pengangguran.

Namun sejak tiga tahun terakhir, tren persentase pengangguran di kota ini telah menunjukkan penurunan. Pada 2021, tercatat tingkat pengangguran Makassar mencapai 13,18%, berhasil turun pada 2022 yang mencapai 11,82%, kemudian turun lagi pada tahun lalu sebesar 10,60%.

"Kami optimistis pengangguran Makassar bisa turun lagi pada tahun ini, hingga di bawah 10%. Ini merupakan tren positif karena telah memasuki kategori satu digit, meskipun kami mau tingkat pengangguran bisa sampai 8% saja seperti pada 2017 lalu," ungkapnya kepada wartawan, Selasa (28/5/2024).

Nielma mengatakan pihaknya akan terus melakukan intervensi program dalam mengatasi masalah sosial ini. Beberapa strategi telah dirancang, seperti pengoptimalan penyelenggaraan 10.000 pelatihan gratis dan penciptaan 1.000 lapangan kerja baru.

Selain itu, pemerintah kota juga telah siap memberikan perhatian serius terhadap kesehatan ibu hamil supaya bisa mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Makassar lebih baik lagi di masa depan.

"Tentunya dengan intervensi program, kita tak mungkin dapat progres yang baik kalau tidak diintervensi. Terus ibu hamil itu memiliki potensi besar untuk membentuk produktivitas masyarakat. Jika tidak diperhatikan kesehatannya, hal ini dapat berdampak negatif terhadap kualitas anak di kemudian hari," imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper