Bisnis.com, MAKASSAR - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) memulai tahap pembangunan Bendungan Jenelata di Kabupaten Gowa dengan target penyelesaian secara keseluruhan pada 2028 mendatang. Proyek Strategis Nasional (PSN) ini nantinya akan difungsikan sebagai sumber air baku masyarakat Sulsel, pengairan pertanian, pembangkit listrik, hingga pengendalian mitigasi bencana.
Pj Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel Andi Muhammad Arsjad mengatakan bendungan ini terletak di tiga desa yaitu Desa Tana Karaeng, Pattalikang dan Moncongloe dengan luas lahan secara keseluruhan mencapai sekitar 1.722 hektare.
Pekerjaan Bendungan Jenelata menggunakan kontruksi CFRD (Concrete Face Rock Dam) dengan inti tegak setinggi 62,8 meter dan akan memiliki daya tampung efektif sebesar 223,6 juta m3. Pengerjaan konstruksinya dilakukan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) Bersama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dengan KSO CAMC Engineering Co., Ltd dari China.
Estimasi anggaran yang disediakan dalam pembangunannya mencapai Rp4,1 triliun dengan skema dana loan agreement bersama Pemerintah China dan juga dana pendampingan dari Kementerian PUPR. Di mana proyek ini direncanakan bisa rampung pada 2028 mendatang.
"Ini merupakan PSN dan merupakan proyek kerja sama terbesar dan pertama di Sulsel dengan Pemerintah China dengan nilai anggaran yang cukup besar yakni Rp4,1 triliun. Kita berharap rampung kurang lebih lima tahun nanti," ungkapnya, Kamis (21/12/2023).
Dia menambahkan, tujuan utama pembangunan bendungan ini sebenarnya untuk menjaga ketahanan pangan karena diperkirakan akan mengairi 22.000 hektare sawah di sekitar lokasi. Namun selain itu, fungsi lainnya bisa menjadi salah satu upaya untuk mencegah banjir dan memenuhi kebutuhan air masyarakat.
Baca Juga
"Kemarin dengan adanya kemarau panjang akibat El Nino, produktivitas pertanian kita terganggu. Tidak hanya itu, pemenuhan persoalan air baku juga menjadi terkendala. Sehingga dengan adanya bendungan ini, ke depannya persoalan-persoalan seperti ini bisa diminimalisir lagi," paparnya.
Sementara Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ) Suryadarma Hasyim menjelaskan, jika benduang terbesar di Sulsel, Bendungan Bili-Bili yang berkapasitas 3,3 meter kubik perdetik tidak mampu menampung banjir ketika curah hujan besar. Contohnya pada 2019 lalu, di mana dampak banjir sangat terasa di Makassar.
Oleh karena itu bendungan ini juga akan dimanfaatkan menahan luapan air sungai yang bisa memberi dampak buruk bagi Kota Makassar.
"Kita berharap dengan fungsi dari bendungan ini akan lebih optimal. Mereduksi banjir di Kota Makassar, serta membantu saat kekeringan. Sehingga dengan adanya tampungan air ini, memberikan taman air ketika terjadi El Nino. Jadi, pada musim hujan kita cegah banjir, pada musim kemarau kita manfaatkan airnya untuk pertanian, suplay air baku, dan untuk kebutuhan masyarakat," tututrnya.