Bisnis.com, MAKASSAR — Proyek hilirisasi dan optimalisasi pengembangan energi hijau di Sulawesi Selatan (Sulsel) masih akan terus dipacu pada 2024 mendatang. Bebagai stekholder di wilayah ini terus bahu-membahu merealisasikan visi tersebut untuk menjadikan Sulsel daerah percontohan di Indonesia.
Analis Senior Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinisi Sulsel Arief Noor Rachman mengatakan pihaknya tengah menunggu tuah dari upaya promosi potensi investasi yang telah dikerjakan pada tahun ini. Misalnya proyek Kawasan Industri Bantaeng yang mendorong industri hilirisasi nikel di Sulsel yang telah dipromosikan pada tahun 2023 di South Sulawesi Investment Forum dan Seminar Investasi Di Tokyo, Jepang.
Selain itu ada proyek Sinar Deli Bantaeng yang juga mendorong industri hilirisasi nikel dan telah dipromosikan di South Sulawesi Investment Forum, IIF London, dan Indonesia-korea 50 Years Business Forum pada tahun yang sama.
Sementara dari sisi ekonomi hijau, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo 2 Jeneponto juga telah dipromosikan pada 2023 di South Sulawesi Investment Forum dan IIF Dubai.
"Dalam mendorong realisasi hilirisasi, BI Sulsel juga bersinergi dengan Pemprov Sulsel melalui Forum Pinisi Sultan. Tujuan utama forum ini adalah mendukung visi Sulsel menjadi provinsi ramah investasi, pusat industri dan perdagangan, serta pariwisata kelas dunia," ungkap Arief pada acara Pekan Investasi Daerah Bisnis Indonesia di Makassar, Senin (20/11/2023).
Dukungan hilirisasi di wilayah ini juga datang dari perusahaan tambang nikel terbesar, PT Vale Indonesia Tbk yang tengah berkomitmen membangun pabrik pengolahan di Sulsel dalam Sorowako Limonite Project. Di mana direncanakan pengembangannya rampung pada 2026 dengan menghasilkan 60K ton/tahun nikel dalam MHP.
Baca Juga
Head of Comunnications PT Vale Indonesia Tbk, Suparam Bayu Aji mengatakan selain di Sulsel, Vale juga tengah membangun proyek serupa lainnya di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, yaitu proyek Bahodopi dan Pomalaa.
Proyek Bahodopi sendiri diperkirakan rampung pada 2025 dan bisa memproduksi hingga 73-80 K ton/tahun nikel dalam FeNi. Sementara proyek Pomalaa akan menjadi yang terbesar dengan menghasilkan 120K ton/ tahun nikel dalam MHP dan diproyeksi rampung pada 2025.
PT Vale Indonesia juga terus menunjukkan komitmennya dalam memacu ekosistem ramah lingkungan pada perusahaannya dengan berinvestasi pada energi baru terbarukan (EBT).
Saat ini ada tiga PLTA yang kini dimiliki Vale dengan total kapasitas tenaga listrik yang dihasilkan sebesar 365 MW atau setara 36 persen dari total konsumsi energi perseroan pada 2022. Upaya tersebut berhasil mencegah 1,09 juta tCO2e emisi tiap tahunnya.
"Dari total tenaga listrik yang dihasilkan dari EBT, sebesar 10,7 MW kami hibahkan ke masyarakat melalui PLN sebagai salah satu kontribusi kepada daerah," papar Bayu.
Beragam potensi investasi ini tentunya akan didukung dengan keandalan listrik Sulawesi yang mumpuni. Bahkan Senior Manager PT PLN UID Sulselrabar Darmadi memaparkan jika pihaknya telah memiliki rencana penambahan infrastruktur sebesar 1.488,02 MW di Sulsel hingga 2030 mendatang.
Dari keseluruhan rencana tersebut, direncanakan sebesar 1.368.02 MW atau 91,9% diantaranya merupakan pembangkit EBT, sementara hanya 120 MW atau 8,1% yang merupakan pembangkit non-EBT.
"Melalui rencana pembangunan tersebut, diperkirakan akan ada 1.771 KMS jaringan transmisi, 2.250 MVA gardu induk, dan 5.278 KMS jaringan distribusi," ucapnya.