Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Nikel Sulsel Dibayangi Penghentian Operasional Smelter

Pemda diharapkan dapat memperkuat koordinasi dengan pemerintah pusat untuk bisa membuka pasar ekspor baru di luar China, seperti India, Uni Eropa, dan lainnya.
Proses penambangan nikel di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023). /Bisnis-Paulus Tandi Bone.
Proses penambangan nikel di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023). /Bisnis-Paulus Tandi Bone.

Bisnis.com, MAKASSAR — Kinerja ekspor nikel Sulawesi Selatan (Sulsel) pada kuartal III/2025 berpotensi mengalami perlambatan, sejalan dengan pelemahan industri pengolahan nikel yang terjadi di wilayah tersebut.

Penghentian operasional pabrik pengolahan atau smelter nikel milik PT Huadi Nickel Alloy Indonesia (HNAI) pada pertengahan Juli 2025, dikhawatirkan berimbas pada penurunan produksi ferro nikel pada tahun ini.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulsel Rizki Ernadi Wimanda menyebut, kondisi tersebut turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi Celebes tahun ini.

“Produksi turun dan bisa berimbas pada perlambatan realisasi ekspor Sulsel di kuartal III/2025 akibat stok berkurang,” kata Rizki kepada Bisnis, Jumat (22/8/2025).

Sejauh ini, imbuhnya, penjualan nikel Sulsel cukup bergantung pada China, sehingga perlambatan ekonomi yang terjadi di negara tersebut akan berpengaruh besar pada permintaan produk smelter asal Sulsel.

Oleh sebab itu, dia menyarankan kepada pemerintah daerah agar memperkuat koordinasi dengan pemerintah pusat untuk bisa membuka pasar ekspor baru di luar China, seperti India, Uni Eropa, dan beberapa negara Asean.

“Pemerintah serta pemangku kepentingan lain perlu mendorong kemitraan dagang strategis dengan produsen global untuk kontrak pasokan jangka panjang. Tujuannya agar mengurangi risiko dari ketergantungan tunggal dengan China,” ujar Rizki.

Di sisi lain, untuk mendukung akselerasi ekonomi Sulsel ke depannya, Rizki memandang perlu adanya transformasi pabrik pengolahan.

Seperti diketahui, industri pengolahan di wilayah ini masih terbatas pada produk setengah jadi atau ferro nikel, padahal saat ini kebutuhan ekosistem baterai EV sudah perlu dikembangkan.

Itu sebabnya, pemerintah terkait diharapkan agar bisa mengundang investasi industri baterai EV melalui insentif fiskal dan kemudahan perizinan, sehingga rantai pasok dari smelter ke battery cell dapat terbentuk di Sulsel.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro