Bisnis.com, MAKASSAR — PT Pelabuhan Indonesia (Persero) mencatat kinerja ekspor dengan pertumbuhan yang cukup positif pasca merger sejak 1 Oktober 2021 lalu, khususnya Regional 4 yang mengelola 22 pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Sepanjang tahun ini sampai triwulan III/2023, realisasi arus ekspor peti kemas Pelindo Regional 4 secara konsolidasi berada di angka 14.236 TEUs, sementara arus ekspor nonpeti kemas mencapai 491.557 ton per meter kubik.
Pelabuhan Makassar yang merupakan pelabuhan terbesar dan menjadi hub di Indonesia Timur menyumpang kinerja paling tinggi dengan realisasi arus ekspor peti kemas mencapai 12.620 TEUs, sedangkan untuk arus ekspor nonpeti kemas mencapai 85.445 ton per meter kubik.
Regional Head 4 Pelindo Enriany Muis mengatakan, angka-angka ekspor tersebut mengalami lompatan yang cukup signifikan jika dibandingkan sebelum Pelindo merger dan saat pandemi Covid-19 menerjang.
Dia menyebutkan, di 2021 lalu jumlah ekspor peti kemas Pelindo Regional 4 berada di angka 17.277 TEUs dan pada 2022 menyentuh nominal 20.353 TEUs, tumbuh 17,80%. Dari sisi kinerja ekspor nonpeti kemas, pihaknya juga mencatat trend pertumbuhan yang cukup baik, yakni sebesar 8,71%.
Di mana pada 2021 lalu BUMN kepelabuhanan ini mencatat jumlah ekspor nonpeti kemas di angka 614.272 ton per meter kubik, setahun kemudian raihan angka tersebut berubah menjadi 667.750 ton per meter kubik.
Baca Juga
"Pasca merger Pelindo melakukan berbagai upaya peningkatan kinerja, di antaranya melalui transformasi pelayanan yang serba digitalisasi. Tahun ini kami proyeksikan angkanya akan lebih tinggi dari pencapaian 2022," paparnya, Selasa (31/10/2023).
Menurut Enriany, perubahan layanan khususnya operasional yang dilakukan pihaknya membawa dampak yang cukup positif dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi daerah. Diketahui, akhir 2019 hingga awal 2022 lalu merupakan masa di mana pandemi Covid-19 membuat perekonomian masyarakat mengalami kondisi yang lemah.
Pelindo pun berusaha menjadi benteng ekonomi di masa pandemi dan lokomotif kemajuan di masa pemulihan ekonomi utamanya di wilayah Sulsel dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada umumnya. "Beruntung badai pandemi berlalu dan Pelindo merger dengan membawa cukup banyak perubahan yang berujung pada peningkatan ekonomi daerah,” katanya.
Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin melepas ekspor sejumlah komoditas unggulan Sulsel dengan nilai ekspor mencapai Rp1,64 triliun yang dilakukan di TPK New Makassar Terminal 1 atau yang sebelumnya adalah Terminal Petikemas Makassar (TPM) pada pertengahan bulan ini.
Produk unggulan sebanyak 37 komoditas dari 81 eksportir tersebut diekspor ke 29 negara tujuan, terutama ke Shanghai, China, melalui direct call atau ekspor langsung tanpa melalui Pelabuhan Surabaya.
Bahtiar mengatakan bahwa pihaknya akan selalu mendorong, selain menambah volume ekspor juga dengan mengubah jalur pengiriman barang langsung dari Makassar agar biaya pengiriman yang dikeluarkan eksportir tidak tinggi. “Makassar adalah pusat perdagangan Indonesia bagian timur. Oleh sebab itu kita harus mendukung hal tersebut, salah satunya melalui ekspor langsung,” ungkapnya.