Bisnis.com, MAKASSAR - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 Ambon menginformasi batalnya kelanjutan pembangunan Ambon New Port karena beberapa kendala yang dihadapi, mulai dari kontur alam di lokasi pembangunan yang tidak memungkinkan, kurangnya minat investor, hingga kinerja Terminal Peti Kemas (TPK) Ambon yang masih bisa dimaksimalkan.
Plh General Manager (GM) Pelindo Regional 4 Ambon Muhammad Yusuf mengungkapkan lokasi pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) ini berada di pusat titik gempa yang membuatnya sangat rawan terhadap bencana. Maka dikhawatirkan, bangunan akan cepat rusak apabila tetap dilanjutkan.
Banyaknya ranjau atau bom peninggalan penjajahan Jepang yang diduga masih tertanam di dasar laut juga menjadi kendala dalam hal pembangunan konstruksinya, karena membuat proses pengerjaan akan lebih rawan memakan korban.
Selain itu, akses ke lokasi Ambon New Port yang melewati perbukitan juga dinilai cukup memberi tantangan, apalagi harga tanah di beberapa perbukitan tersebut sudah mulai melambung tinggi, yang membuat beban biayanya semakin membengkak.
Beberapa masalah ini pun, dikatakan Yusuf, menjadi salah satu hambatan masuknya investasi swasta pada proyek Ambon New Port. PSN dengan rencana investasi sekitar Rp5 miliar ini, belum memiliki investor dan kini terancam batal dibangun karena pemerintah tidak sanggup membiayai secara keseluruhan.
"Masalahnya memang kompleks, di situ kan daerahnya area ranjau, banyak bom-bom Jepang. Terus tempat itu kan pertemuan tiga lempeng yang menjadi pusat titik gempa, tiap tahun goyang. Apalagi harga bukit-bukit di situ sudah miliaran. Jadi investasi sulit masuk, ditakutkan sudah bangun mahal-mahal, malah cepat hancur karena gempa," papar Yusuf kepada Bisnis, Minggu (29/10/2023).
Baca Juga
Batalnya pembangunan Ambon New Port membuat Pelindo akan memaksimalkan kinerja TPK Ambon yang selama ini belum bisa memenuhi okupansi. Kapasitas TPK Ambon sendiri tercatat bisa menampung hingga 299.647 Teus pertahun, namun selama ini kontainer yang masuk ke terminal tersebut tercatat hanya 35% saja atau sekitar 100.000 Teus.
Terminal Head TPK Ambon Rouland Prakarsa Koswara mengatakan kini pihaknya tengah mendorong percepatan ekspor guna bisa memenuhi okupansi tersebut, seperti membangun ekspor centre hingga menyediakan 88 petikemas berpendingan.
Pihaknya menyadari, kurangnya industri di Maluku membuat okupansi di TPK Ambon tidak maksimal, oleh karena itu Pelindo kini tengah intens berkomunikasi dengan Shipping Line untuk menggali potensi sumber daya kelautan seperti ikan yang bisa diambil dari beberapa pulau di sekitar Ambon.
"Maluku industrinya kurang, peti kemas yang masuk biasanya full tapi yang keluar kosong. Makanya kita coba dekati Shipping Line karena potensi ikan di sini besar. Nanti Ambon bisa jadi hub, dan pasti kapasitas peti kemas kita meningkat," tuturnya.