Bisnis.com, MAKASSAR — Tekstur kain kafan di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang berserat dan cenderung berongga lebar menjadi tuah bagi Yuyun Nailufar, pemilik Rumah Jahit Mama Ay, untuk mendemonstrasikan inovasinya.
Dia berhasil mengesampingkan kesan "ngeri" pada kain tersebut untuk dijadikan tren fesyen baru. Kain yang biasanya digunakan untuk membungkus jenazah, diubahnya menjadi berbagai jenis pakaian, seperti gaun malam, jaket, bomber, kemeja, hingga baju tradisional asal Sulsel yaitu baju bodo. Sebagian dikombinasikan dengan jenis kain lain seperti sutra.
Hasilnya bahkan tak main-main, beberapa pecinta fesyen dari berbagai negara kini turut menyukai.
Awal mula ide ini hanya dari pengamatan sederhananya. Yuyun yang memang sudah memulai menjahit sejak 1996, melihat kain kafan bisa dijadikan alternatif bahan baku model fesyen baru dengan tekstur yang unik. Sehingga pakaian dari kain kafan juga akan layak, bahkan kehadirannya akan memperkaya pilihan tren fesyen.
"Dengan memanfaatkan kain kafan menjadi pakaian, para pengrajin kain ini yang sebelumnya hanya memproduksi untuk kebutuhan jenazah, bisa turut berkembang untuk memenuhi kebutuhan fesyen, jadi pasarnya bisa semakin luas," ungkap Yuyun saat ditemui di Hotel Claro Makassar usai mengikuti sebuah pameran fesyen, Selasa (13/6/2023).
Kain kafan Jeneponto atau jika di daerah tersebut disebut kain tope, teksturnya memang berbeda dibandingkan kain umum. Kain ini lebih berongga karena tiap benang dalam jahitannya tidak dibuat rapat layaknya pakaian yang sering digunakan. Sehingga jika dipakai, pakaian akan terasa lebih sejuk.
Baca Juga
Tekstur ini pulalah yang ternyata menarik minat beberapa pecinta fesyen dari berbagai negara. Tercatat produknya telah terjual hingga Malaysia, Norwegia, hingga Swedia.
Meski kini telah cukup dikenal, Yuyun mengatakan tidak mudah memasarkan pakaian ciptaannya, terutama saat awal dia mulai memperkenalkan produk kain kafan ini. Banyak orang yang takut memakai pakaian tersebut, apalagi harus membelinya.
Pernah suatu waktu di sebuah pameran yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sulsel, jualannya tidak laku sama sekali. Sebagian dari mereka cenderung memalingkan minatnya ketika tahu pakaian tersebut dari kain kafan.
"Di awal-awal memang banyak yang takut, bahkan orang-orang di Jeneponto mulanya tidak ada yang mau beli. Di pameran Inacraft dulu, waktu pertama kali saya ikut pameran itu, juga tidak ada yang laku," paparnya.
Namun Yuyun tidak menyerah begitu saja, dia terus konsisten memperkenalkan produknya sembari meyakinkan bahwa pakaian dari kain kafan itu nyaman digunakan.
Konsistensinya akhirnya membuahkan hasil, lambat laun orang-orang mulai tertarik dengan produk buatannya, bahkan pada 2019 menjadi kali pertama pembeli dari mancanegara memesan produknya.
Sejak saat itu hasil karyanya mulai dikenal banyak orang. Tiap pameran yang dia ikuti juga selalu ramai peminat. Terakhir di Inacraft 2023, salah satu produknya dihargai sampai Rp1,7 juta.