Bisnis.com, MAKASSAR — Puluhan tahun lamanya, keluarga Ade Sri Rahayu di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel) hidup dari berjualan biji kopi atau green bean hasil dari kebunnya sendiri. Mulai dari neneknya hingga orang tuanya, semua mengandalkan komoditas tersebut untuk meraup rupiah.
Hasilnya tak mengecewakan, namun penghasilan yang didapatkan selalu bergantung pada harga biji kopi yang ditetapkan oleh pasar. Kadang naik, kadang turun. Parahnya jika komoditas itu harganya turun tajam, maka tidak jarang keluarga ini pun merugi.
Pada 2009, Ade yang saat itu sudah dipercaya untuk memegang usaha keluarganya, mulai mengubah konsep dan sasaran pasar mereka. Dia tidak ingin harga produknya selalu diatur oleh pihak tertentu, supaya kondisi merugi yang dirasakan, tidak terjadi lagi.
Melalui gaung hilirisasi UMKM, dia pun mencoba keluar dari kebiasaan keluarganya. Bukan hanya menjual biji kopi, tapi juga menjual hasil olahan biji kopi tersebut. Kini kopinya bukan hanya dijual ke kedai kopi atau ke pemasok, namun telah berhasil menembus pasar internasional melalui kopi kemasan yang dia namai Kopi Leluhur.
"Kopi Leluhur itu saya namai karena keluarga kami sudah jualan kopi turun temurun, dari nenek saya dulu. Tapi dulu hanya jualan bijinya saja, nah saya akhirnya coba untuk jual hasil olahannya juga. Saya buat jadi kopi kemasan siap minum supaya pasarnya bisa lebih luas," ujar Ade kepada Bisnis, Selasa (30/5/2023).
Setelah kopinya diolah menjadi kopi kemasan, pemasarannya benar-benar menjadi semakin luas. Ade berkisah, waktu menjual biji kopi, produknya hanya bisa dipasarkan ke pemasok atau kedai kopi saja. Sementara saat ini, bisa dipasarkan dimanapun, mulai di outletnya sendiri, toko-toko ritel, hingga di beberapa e-commerce.
Baca Juga
"Saat ini kami tidak hanya fokus di hulu saja jualan green bean, tapi sudah hulu sampai hilir. Kalau menjual kopi kemasan itu bisa dipasarkan dimana pun, offline dan online, jadi penghasilan juga bertambah," ungkap wanita berusia 40 tahun ini.
Berkat semangat hilirisasi yang diterapkan, usahanya yang berlokasi di Jalan Emmy Saelan dan Sudiang Makassar ini bukan hanya dinikmati masyarakat Indonesia saja. Kopi Leluhur telah berhasil diekspor ke beberapa negara seperti Hongkong, Australia, hingga Korea Selatan. Apalagi varian yang disajikan juga cukup beragam, mulai kopi robusta, arabica, dan blend robusta-arabica.
"Orang luar negeri seperti Korea itu sukanya arabica. Kopi Toraja kan salah satu khasnya varian arabica, jadi mereka suka. Apalagi bahan baku kami langsung dari kebun di Toraja," tambahnya.
Berkat usahanya, Ade kini telah memiliki lima karyawan yang bekerja di outletnya. Jika musim panen kopi datang, maka dia harus menambah karyawannya hingga 20 orang. Sebagian besar mereka ditugaskan untuk membantu memetik kopi di kebun miliknya.
Dia berharap, ke depannya Kopi Leluhur bisa semakin berkembang hingga membuka banyak peluang kerja bagi masyarakat. Dia juga bercita-cita bisa membuka outlet sampai di luar negeri.
"Harapan saya bisa lebih berkembang supaya bisa punya outlet di luar negeri, bisa mempekerjakan orang lebih banyak lagi terutama anak yatim piatu dan para tahfiz, itu target saya," tutupnya.