Bisnis.com, MAKASSAR - Jemarinya sibuk memainkan ponsel di genggaman. Sesekali dia membuka lembar catatan di hadapannya.
Chaerani, mengaku sangat terbantu dengan perkembangan teknologi saat ini. Berbagai aktivitas bisa dengan mudah dia kerjakan melalui gawai.
Tak hanya kemudahan akses informasi yang bisa dirasakan, tetapi juga akses keuangan. Wanita berusia 31 tahun itu tengah melakukan transaksi keuangan melalui ponsel pintar miliknya.
Bertransaksi keuangan dengan menggunakan ponsel saat ini memang makin digemari masyarakat. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), volume transaksi melalui digital banking atau layanan bank digital selama satu tahun terakhir, meningkat hingga 41,53 persen.
Peningkatan aktivitas itu juga dipicu oleh pandemi Covid-19 sejak awal 2020. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri perbankan yang dituntut harus mengimbangi dengan menghadirkan beragam inovasi teranyar.
Sejumlah bank plat merah mulai menunjukkan akselerasinya. Lantas, bagaimana dengan bank daerah yang selama ini kerap kali mendapat stigma ketinggalan zaman?
Baca Juga : Bank Sulselbar Lunasi Obligasi Rp550 Miliar |
---|
Chaerani yang berprofesi sebagai karyawan swasta mampu membantah itu. Sebagai salah satu nasabah Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulselbar, Rani sapaan akrabnya mengaku hampir tak menemukan kesulitan selama tiga tahun menjadi nasabah di bank mitra Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat itu.
“Selama ini saya merasa nyaman sebagai nasabah. Layanan Bank Sulselbar mudah dijangkau bahkan ketika sedang berada di luar Kota Makassar,” ungkap Rani.
Selama masa pandemi pun, Rani mengaku lebih rutin melakukan transaksi melalui Sulselbar Mobile, aplikasi yang dirancang untuk memudahkan para nasabah. Dari 747.001 nasabah aktif Bank Sulselbar, tercatat sudah lebih dari 100 ribu yang mengunduh aplikasi tersebut melalui layanan playstore.
“Aplikasi itu sangat memudahkan saya. Termasuk ketika ingin transfer uang, membayar tagihan listrik juga air,” kata Rani usai menyelesaikan transaksi keuangan melalui ponsel pintar nya.
BPD Meniti Jalan Digitalisasi
Aktivitas di Kantor Pusat Bank Sulselbar tampak lebih lengang dari biasanya. Adanya pembatasan layanan operasional selama pandemi Covid-19, membuat bank yang terletak di Jalan Ratulangi, Kota Makassar ini tidak lagi ramai dikunjungi nasabah.
Antrean nasabah tak lagi mengular, kursi-kursi di ruang tunggu juga tak terisi seluruhnya. Beberapa kursi diberi jarak dengan peringatan, "Dilarang duduk di sini".
Hal itu menjadi salah satu upaya perseroan dalam mencegah penyebaran virus Corona. Dari sepuluh loket yang tersedia, hanya ada enam loket yang dibuka untuk melayani nasabah.
Reza (kanan) nasabah pertama tabungan haji menyetorkan uangnya kepada kasir di Bank Sulselbar Syariah di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (6/11). Bank Sulselbar Syariah kini membuka tabungan khusus ibadah Haji dengan menargetkan 1000 nasabah hingga akhir tahun ini. - Bisnis/Paulus Tandi Bone
Meski begitu, para teller atau pegawai yang melayani nasabah tetap tampak sibuk. Suara mesin hitung uang di balik meja loket, tak kalah riuh silih berganti.
Direktur Operasional dan TI Bank Sulselbar Irmayanti Sultan mengatakan adanya pembatasan layanan operasional di kantor tak membuat perseroan abai terhadap kebutuhan nasabah untuk menerima layanan perbankan. Layanan melalui digital banking atau bank digital terus dipacu oleh Bank Sulselbar.
Dia mengaku, perseroan beruntung, sebab telah mempersiapkan konsep layanan bank digital sejak jauh hari sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Butuh persiapan matang dan sumber daya yang memadai untuk terus memacu layanan digital, kata wanita yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Grup Treasury Bank Sulselbar ini. Untuk menuju capaian itu, tak sedikit hambatan yang mesti dihadapi.
"Sebelum menerapkan layanan digital, kami harus melalui berbagai kajian terhadap pasar. Di mana pada saat itu kami melihat, pasar masih enggan memanfaatkan produk digital Bank Sulselbar," ungkap Irmayanti.
Era digital menjadi acuan perseroan untuk memudahkan nasabah yang ingin melakukan transaksi perbankan kapan saja dan di mana saja. Dari sisi infrastruktur sendiri, digitalisasi layanan Bank Sulselbar sudah dipersiapkan sejak 2016 silam.
Namun, butuh waktu dua tahun untuk mematangkan digitalisasi layanan itu hingga izin dari OJK baru bisa didapatkan pada Juli 2018. Kemudian menyusul dikeluarkannya izin dari regulator sistem pembayaran yakni Bank Indonesia pada September 2018. Jadi, secara efektif, layanan tersebut mulai diaktifkan pada Oktober 2018.
Meski enggan menyebut besaran modal yang sudah dikeluarkan perseroan dalam pembelian teknologi. Namun, wanita yang juga pernah menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama itu menyebut, Bank Sulselbar sudah cukup percaya diri dan mumpuni dalam memenuhi kebutuhan itu.
"Sebagai BPD buku dua, kami sudah memperhitungkan itu. Tentunya sesuai dengan ukuran bank kami. Artinya untuk perbaikan infrastruktur kami memang sudah konsen di tiga tahun terakhir," jelas Irmayanti sembari menyusun sejumlah dokumen di meja kerjanya.
Direktur Oprasional dan TI Bank Sulselbar Irmayanti Sultan (kanan), didampingi Pimpinan Departemen Hukum dan Kesekretariatan Group Corporate Sekretary Syahul Upe (kiri), memberikan keterangan kepada wartawan terkat produk Quick Response Indonesia Standar (QRIS) di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (9/4/2021). Hingga saat ini Bank Sulselbar telah bekerja sama dengan 1200 mercant dengan jumlah transaksi 7125 dengan nominal Rp600 juta. - Bisnis/Paulus Tandi Bone
Digitalisasi perbankan mampu memberi kontribusi besar pada kinerja perseroan. Sejak dikembangkan pada 2018 lalu, kinerja Bank Sulselbar terbukti terus mengalami progres yang ataktif.
Irmayanti menghela napas, lalu menjelaskan dengan terperinci dan runut catatan kinerja Bank Sulselbar sepanjang tiga tahun terakhir. Dia mengatakan, pada 2018 aset Bank Suselbar tercatat sebesar Rp20,83 triliun.
Angka tersebut bertumbuh pada 2019 sebesar 14,41 persen dengan catatan aset sebesar Rp23,54 triliun. Nilai aset bank yang mulai berdiri sejak 13 Januari 1961 ini, sebesar Rp24,83 triliun atau tumbuh 5,48 persen pada 2020.
"Secara pertumbuhan kita selalu menunjukkan pertumbuhan dobel digit. Jadi, digitalisasi ini tidak hanya berdampak pada profit langsung. Tetapi juga berkelanjutan untuk mempertahankan eksisting nasabah, dan meningkatkan penetrasi pasarnya," terangnya.
Transaksi digital yang makin gencar dilakukan nasabah juga mencatatkan peningkatan di atas 50 persen. Dari laporan yang ditunjukkan Irmayanti, nasabah Bank Sulselbar lebih menggemari transaksi melalui layanan digital, daripada harus berkunjung langsung ke bank pada periode tersebut.
Bank yang memiliki 38 kantor cabang ini juga menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dan orang-orang berbakat di bidangnya. Terutama dalam menghadirkan produk-produk, dan fitur digital pada layanan Sulselbar Mobile.
Adapun, sejumlah fitur unggulan selain transaksi perbankan, yaitu layanan Quick Response Indonesia Standard atau QRIS, pembayaran PBB, PDAM, Samsat, elektronifikasi pendapatan daerah, top up dompet digital Gopay dan LinkAja, dan beberapa fitur lainnya.