Bisnis.com, MAKASSAR - Andhy Setiawan dan Eka Prasetya terus menanti pembeli datang. Berharap tangannya bisa meracik porsi demi porsi hidangan Coto Makassar kepada pengunjung.
Rutinitas tersebut telah digeluti pasangan suami istri ini sejak tiga bulan terkhir. Keduanya sepakat membuka warung coto bertepatan pada Tahun Baru Hijriyah, 20 Agustus 2020 lalu.
Warung cotonya diberi nama Coto Ratulangi. Alasan mereka memilih nama karena lokasi mereka mendirikan warung yaitu di Jl. Ratulangi, Makassar.
Tidak mudah memang menjalankan bisnis makanan memasuki tahun 2020 ini. Sebab kondisi saat ini dalam status pandemi Covid-19 yang berdampak pada lesunya daya beli masyarakat.
Diakui Andhy, penghasilan dari usahanya masih terbilang pas-pasan. Tapi baginya, untung tak perlu banyak, asal lancar dan berkah, serta bisa menutupi kebutuhan pokok.
Keputusannya membuka bisnis dalam kondisi krisis ini terbilang nekat. Tapi tekadnya sangat bulat. "Jika tak sekarang, kapan lagi? Ini menjadi tantangan buat kami," katanya, Senin (30/11/2020).
Satu bulan pertama dalam merintis usahanya, pengunjung memang tidak langsung ramai. Biasanya, coto yang terjual kurang lebih 10 porsi setiap harinya yang dihargai Rp. 12.000 per-porsi.
Itu sudah terhitung dari jumlah pembeli yang datang langsung dan memesan secara online. Kurangnya pengunjung dan pesanan menurut Andhy, didasari karena warung miliknya masih baru.
"Ditambah kondisi pandemi ini, makanya sepi. Di awal-awal buka warung coto bahkan pernah laku hanya lima porsi. Susah memang, tapi mau bagaimana lagi," keluh Andhy.
Namun seiring berjalannya waktu, keduanya mulai bisa bernafas lega. Sebab pada bulan selanjutnya, pembeli mulai ramai.
"Kita kan baru buka, jadi rasa itu harus dipertahankan. Ada beberapa orang yang mulai jadi pelanggan tetap walaupun tidak banyak. Intinya saya dan istri tetap bersyukur. Biar sedikit tapi Alhamdulillah ada yang laku," terangnya.
Andhy dulunya berprofesi sebagai driver transportasi online. Karena kurangnya pemasukan di tengah pandemi Covid-19, dia kemudian kepikiran membuka warung.
Ia memiliki pengalaman bekerja di perusahaan pengolahan makanan. Skill memasak khususnya menu khas Makassar tersebut, dipelajari dari ibunya.
"Pengalaman itu yang harus dimanfaatkan. Saya berprinsip yang penting jalan dulu. Namanya usaha, ada untung ruginya. Apalagi kondisi saat ini. Yang jelas ada keinginan mau usaha," pungkas Andhy.