Bisnis.com, MAKASSAR - Aktivitas dunia usaha di Sulawesi Selatan belum menunjukkan tanda-tanda yang baik memasuki kuartal kedua tahun 2020 yang disebabkan oleh kontraksi pada beberapa sector akibat wabah Covid-19.
Merujuk pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, menurunnya pergerakan dunia usaha di Sulsel tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kuartal dua sebesar -44,7 persen.
Penurunan tersebut cukup dalam, di mana SBT kuartal pertama sebesar 5,3 persen yang juga mengalami penurunan dibanding sebelumnya.
Penurunan kegiatan usaha terjadi pada sector perdagangan, yaitu kendaraan dan suku cadang, makanan dan minuman, apotek, serta produk pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Kendati demikian, Bank Indonesia optimistis kegiatan dunia usaha di Sulsel akan kembali ke jalur positif dengan proyeksi kenaikan SBT sebesar 8,8 persen pada kuartal ketiga.
Kepala Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Provinsi Sulsel Endang Kurnia Saputra mengatakan bahwa pada kuartal mendatang diperkirakan permintaan masyarakat akan meningkat seiring selesainya pembatasan aktivitas dan dimulainya adaptasi kebiasaan baru.
Baca Juga
“Memasuki tatanan hidup baru, aktivitas dunia usaha mulai terlihat kembali bergairah, kondisi ini kami yakini akan berkesinambungan membaik hingga akhir kuartal selanjutnya,” jelas Endang kepada Bisnis, Selasa (21/7/2020).
Penurunan pada dunia usaha turut mempengaruhi kontraksi pada pemberdayaan tenaga kerja. Yang mana tercermin dari SBT tenaga kerja pada kuartal kedua sebesar -16,2 persen dari -0,9 persen kuartal pertama.
Lapangan usaha dengan SBT penggunaan tenaga kerja terendah yaitu pada industry pengolahan. Selain pada lapangan usaha industri pengolahan dan konstruksi, penurunan penggunaan tenaga kerja terjadi pada perdagangan, akomodasi , makanan dan minuman, juga pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Mencermati kondisi tersebut, Pengamat Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Marzuki Dea mengatakan, perkembangan ekonomi setelah masa PSBB atau New Normal beberapa waktu belakangan ini, tampaknya memang ada pergerakan positif sedikit untuk sektor usaha yangg terpukul berat periode kuartal I yaitu perdagangan dan industri pengolahan.
Tapi kata Prof Marzuki, tampaknya pola perkembangan dua sektor tersebut relatif masih berat untuk membaik atau bangkit, karena sebagian masyarakat konsumen dan terutama pelaku usaha di sektor perdagangan blm mampu membenahi secara tiba-tiba kegiatan ekonominya yang sudah telanjur melandai dan lambat.
“Bahkan ada sub-sub sektor usaha perdagangan tersebut yang masih terpukul cukup berat. Demikian juga di sektor usaha industri pengolahan, juga belum bisa diharapkan bertumbuh positif,” tandasnya.