Bisnis.com, MAKASSAR - Ancaman ledakan kasus atau outbreak Covid-19 sedang diantisipasi di Sulawesi Selatan.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid19 Sulawesi Selatan menyiapkan sejumlah rumah sakit umum untuk mengantisipasi lonjakan wabah tersebut.
"Paling buruknya terjadi outbreak. Sekarang di Makassar ada 20 RS dan 40 RS se-Sulawesi Selatan. Itu bisa kita maksimalkan," ungkap Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Sulawesi Selatan, Prof Dr dr Syafri Kamsul Arif di Makassar, Kamis (16/7/2020).
Menurut Syafri, bukan tidak mungkin beberapa rumah sakit yang di awal munculnya kasus Covid-19 ikut telibat, akan kembali menangani pasien Covid-19 jika outbreak terjadi. Misalnya, lanjut Syafri, RS Haji, RS Tajuddin Chalid dan RS Plamonia yang semuanya sudah menjadi rujukan nasional.
Menurut Syafri saat ini lima RS rujukan utama Covid-19 di Makassar Sulsel masuk kategori hampir penuh.
Lima rumah sakit rujukan tersebut yakni RSUP Wahidin Sudirohusodo, RSKD Dadi Makassar, RSUD Sayang Rakyat, RSUD Labuan Baji dan RSUD Daya Makassar.
Baca Juga
"RS Labuan Baji masih ada spasi atau tempat tidur kosong, kalau RS Dadi memang penuh, tetapi beberapa yang kami sampaikan RS inti memang juga bisa jadi rumah sakit utama," kata Syafri.
Terkait laju kurva positif di Sulsel, Pemerintah Provinsi Sulsel telah menyiapkan beberapa rumah sakit penyangga, ditambah instruksi Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah untuk menambah jumlah hotel sebagai tempat isolasi mandiri.
Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo, Syafri menyebutkan terdapat tiga hal yang harus dilakukan yakni 3T berupa testing, tracing dan treatment. Testing dan tracing saat ini sedang dimaksimalkan Pemprov Sulsel.
"Nah untuk treatment, yakni penguatan kapasitas jika terjadi outbreak. Artinya kita siap dengan segala keadaan untuk menampung masyarakat yang terpapar," ujar Syafri.
Menanggapi potensi outbreak di Sulsel, Pakar Epideomologi Unhas, Prof Ridwan Amiruddin mengemukakan ada tiga jenis klaster penyebaran yang berkembang di masyarakat.
Pertama, klaster tenaga kesehatan. Kedua, klaster yang belum jelas dari mana asalnya (sporadis), dan ketiga, klaster yang bekerja di GTPP COVID-19 Makassar maupun Provinsi Sulsel.
"Untuk mengendalikan klaster nakes harus diantisipasi melalui pertukaran peralatan medis, termasuk pada penularan komunitas yang tidak jelas sumbernya sehingga menjadi wajib untuk menggunakan masker yg benar," ujar Ridwan.