Bisnis.com, MANADO - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut) mencatat pertumbuhan ekonomi Sulut pada kuartal I/2020 melambat sebesar 4,27 persen (year on year). Pertumbuhan ini masih di atas pertumbuhan nasional sebesar 2,97 persen.
Kepala BPS Sulut Ateng Hartono mengatakan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) pada triwulan I/2020 mencapai Rp21,37 triliun dan atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp31,80 triliun.
"Pada triwulan I/2019 tumbuh 6,57 persen sekarang jadi 4,27 persen, artinya mengalami perlambatan," ujarnya, Selasa (5/5/2020).
Bila dibandingkan secara kuartalan atau dibandingkan dengan kuartal IV/2019, pertumbuhan ekonomi Sulut tercatat minus 12,48 persen. Menurut Ateng, hal ini terjadi karena efek musiman perekonomian yang juga terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Lebih lanjut, Ateng mengatakan bahwa terdapat empat sektor atau lapangan usaha di Sulut yang mengalami kontraksi atau penurunan pertumbuhan.
Penurunan tak lepas akibat dari dampak Covid-19.
Sektor yang terkontraksi paling dalam adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh negatif sebesar 17,91 persen. Hal ini dipengaruhi oleh turunnya jumlah wisatawan sejak Februari 2020 karena adanya Covid-19 sehingga tingkat okupansi hotel menurun drastis.
"Selain itu, penurunan dipengaruhi sudah dimulainya anjuran stay at home. Masyarakat banyak yang masak sendiri di rumah masing-masing," kata Ateng.
Kontraksi pertumbuhan juga terjadi di sektor jasa lainnya yang tumbuh negatif sebesar 4,78 persen. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan, yakni turunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, banyak tempat hiburan, seperti karaoke, fitness center, salon, mall, yang tutup, serta beberapa event yang dibatalkan atau ditunda.
Sektor transportasi juga terkontraksi sebesar 2,59 persen. Penerapan work from home dan scholl from home mengakibatkan pengguna jasa transportasi publik menurun drastis. Selain itu, juga terdapat pengurangan dan pembatalan beberapa perjalanan angkutan udara, laut, maupun darat.
"Sektor jasa perusahaan juga tumbuh minus sebesar 2,16 persen. Pendapatan usaha arsitek, agen perjalanan, jasa akuntan mengalami penurunan. Rental mobil/motor juga turun sejalan dengan penurunan jumlah wisatawan," kata Ateng.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulut masih didorong oleh pertumbuhan sejumlah sektor. Dari sisi produksi, pertumbuhan
didorong oleh sebagian besar lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 19,33 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 16,26 persen.