Bisnis.com, MAKASSAR - Aset perbankan Sulsel tumbuh positif dengan total aset sebesar Rp153,37 triliun sepanjang 2019. Nilai tersebut tumbuh sekitar 5,67 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 6 Sulampua M Nurdin Subandi menerangkan pertumbuhan aset perbankan Sulsel dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5,01 persen atau Rp99,99 triliun, pertumbuhan kredit 2,66 persen dengan nilai Rp123,45 triliun
"Dari sisi kredit bank umum tumbuh 2,52 persen menjadi Rp120,90 triliun dan kredit BPR tumbuh 9,60 persen menjadi Rp2,55 triliun," jelas Subandi dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (4/2/2020).
Tren positif juga tampak dari sisi kredit UMKM yang tumbuh di kisaran 2,52 persen dengan pangsa 33,56 persen dari total kredit. Sejalan dengan itu, realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2019 mencapai Rp8,18 triliun atau 123,28 persen dari rencana bisnis bank (RBB) pada awal 2019 sebesar Rp6,64 triliun.
Adapun KUR disalurkan kepada 308.057 UMKM dengan tingkat NPL yang rendah 0,07 persen. Selain itu, penyaluran KUR di Sulsel juga mengarah pada sektor produksi di antaranya sektor pertanian, perikanan, dan industri pengolahan, dengan pangsa sebesar 60,17 persen.
"Jumlah tersebut telah melebihi target pemerintah, di mana target dipatok minimal 50 persen," ungkap Subandi.
Dengan pertumbuhan kredit yang positif, kinerja intermediasi perbankan di Sulsel kata Subandi masih terjaga pada level yang tinggi dengan indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 122,40 persen, lebih tinggi dari LDR perbankan secara nasional 93,55 persen.
Kinerja penyaluran kredit perbankan tersebut diiringi dengan risiko kredit yang tetap terkendali dengan rasio NPL gross sebesar 3,58 persen, masih di bawah ambang batas 5 persen.
Tren positif juga ditunjukkan pada industri jasa keuangan syariah. Yang mana pada 2019 lalu aset perbankan syariah mengalami pertumbuhan dua digit sebesar 12,32 persen. Pertumbuhan itu disertai terkontraksi dengan pertumbuhan pembiayaan syariah sebesar 11,18 persen.
"Penghimpunan DPK syariah bahkan tumbuh 20,58 persen. Hal tersebut menunjukkan makin tingginya minat untuk menggunakan produk perbankan syariah dan mendorong market share perbankan syariah meningkat menjadi 5,77 persen pada akhir 2019," terang Subandi.
Kendati demikian, Ekonom Universitas Hasanuddin (Unhas) Anas Iswanto Anwar menyatakan pelaku industri jasa keuangan tetap harus gencar melakukan sosialisasi pada masyarakat terkait produk-produk perbankan yang bisa mendongkrak kinerja perbankan.
"Saat ini masih ada masyarakat yang cenderung menyimpan uangnya sendiri. Baru 36% masyarakat Indonesia yang menyimpan uang di bank," kata Anas.
Melihat kondisi itu, pelaku industri jasa keuangan diminta untuk bekerja ekstra untuk meningkatkan literasi keuangan di masyarakat. Banyak dari masyarakat juga masih kurang memahami manfaat dari produk perbankan.
"Jadi percuma kalau perbankan punya program KUR misalnya, tapi masyarakat belum banyak yang paham. Jadi kurang yang menggunakan, maka tidak ada perputaran uang yang terjadi," jelas Anas.