Bisnis.com, MANADO — Para pelaku usaha asal Provinsi Sulawesi Utara dan Mindanao, Filipina membahas peluang peningkatan perdagangan antara Indonesia dan Filipina.
Diskusi itu berlangsung dalam “North Sulawesi-Mindanao Business Networking Session” yang berlangsung di Sintesa Peninsula Hotel, Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Selasa (29/10/2019). Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 70 pelaku usaha asal Bumi Nyiur Melambai dan 49 orang pebisnis dari Mindanao.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut Jenny Karouw menilai Mindanao adalah tujuan ekspor yang potensial. Pasalnya, wilayah itu memiliki jumlah penduduk dan luas wilayah yang lebih besar dibandingkan dengan Sulut.
“Banyak permintaan yang masih mereka minta dari luar daerah,” jelasnya di Manado, Selasa (29/10).
Jenny mengungkapkan saat ini, sejumlah komoditas asal Sulut sudah rutin diekspor ke Mindanao. Beberapa produk yang dikapalkan ke pulau terbesar kedua di Filipina itu di antaranya jagung dan kopra.
Dia mengatakan produk Sulut dan Mindanao memiliki sejumlah kesamaan. Namun, para pelaku usaha dari wilayah itu masih mencari tambahan pasokan dari luar.
Baca Juga
“Meski mereka punya beberapa komoditas yang sama tetapi barang-barang seperti kakao dan kopi dari Sulut juga dicari. Jadi, itu yang akan kami tawarkan kepada mereka termasuk hasil pertambangan,” sebut Jenny.
Disperindag Sulut mencatat ekspor kopra ke Mindanao tercatat bernilai US$2,77 juta per semester I/2019. Produk lain yang juga tercatat dikapalkan ke Filipina dari Sulut yakni ikan segar, dengan nilai ekspor sebesar US$76.164,22 per semester I/2019.
Kendati demikian, data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut menunjukkan Filipina bukan merupakan negara tujuan utama ekspor provinsi tersebut. Adapun 10 negara tujuan utama ekspor Sulut yakni Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Korea Selatan, Malaysia, India, Arab Saudi, China, dan Vietnam.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dsiperindag Sulut Darwin Muksin mengungkapkan delegasi asal Mindanao tidak hanya melakukan business matching di Sulut, tapi juga dijadwalkan melakukan sejumlah kegiatan lain.
“Ada field trip juga ke sejumlah perusahaan dan wilayah di Sulut,” tuturnya.
Usai rangkaian kegiatan, Darwin menyatakan akan dilakukan evaluasi kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan. Hal itu mulai dari ketersediaan sarana transportasi dan regulasi terkait kebutuhan ekspor impor antara Indonesia dan Filipina.