Bisnis.com, MAKASSAR -- Guna memacu ekspor komoditas gurita PT Perikanan Nusantara terus meningkatkan kerja sama dengan Jepang.
Melalui Kedutaan Jepang untuk Indonesia, bantuan berupa teknologi pengolahan gurita diberikan untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Mashafumi Ishii mengatakan, Indonesia memiliki potensi yang besar akan produk perikanan, temasuk untuk komoditi gurita. Makassar sendiri menjadi salah satu wilayah produksi terbesar untuk gurita.
"Perairan Makassar merupakan wilayah dengan produksi gurita segar terbaik. Hanya saja sebelum diekspor butuh pengolahan agar tetap menjaga kualitas daging gurita," kata Mashafumi Ishii saat berkunjung ke PT Perikanan Nusantara Cabang Makassar, Jalan Sabutung-Paotere, Senin (30/7).
Mashafumi Ishii menyebut, Jepang merupakan pasar terbesar ekspor untuk komoditi tersebut. Karenanya, untuk meningkatkan kualitas dari gurita yang akan diekspor, ia menilai dibutuhkan pengolahan yang baik untuk menambah nilai jualnya.
Salah satu bantuan teknologi yang diberikan Jepang yakni berupa alat masak untuk mengukus gurita sebelum dikemas dan diekspor. Mashafumi Ishhi mengemukakan, kerja sama ini rencananya kan berjalan selama dua tahun ke depan.
Baca Juga
"Bentuk kerja sama ini adalah win to win. Gurita Indonesia dapat nilai tambah dengan teknologi Jepang, dan Jepang memperoleh gurita dengan kualitas yang baik," jelasnya.
Direktur Utama PT Perikanan Nusantara (Perinus), M Yana Aditya menerangkan, saat ini perseroan akan lebih fokus dalam meningkatkan produksi perikanan, khususnya gurita. Apalagi secara nasional gurita berkontribusi 60% terhadap produksi perikanan Perinus.
Per tahun, Perinus mampu memproduksi 750 ton gurita. Di mana keseluruhannya berasal dari Makassar. Yana mengatakan, Perinus Makassar memang menjadi pusat produksi khusus gurita. Bantuan teknologi yang diberikan Jepang dinilai sangat membantu untuk meningkatkan kinerja dan kualitas produk yabg dihasilan Perinus Cabang Makassar.
"Perinus memang sudah mengekspor banyak produksi perikanan. Untuk di Makassar kita memang fokus produksi gurita. Di daerah lain, bentuk produksinya juga berbeda-beda," kata Yana.
Sejumlah upaya strategis juga dilakukan Perinus dalam meningkatkan kapasitas produksi. Untuk memperoleh bahan baku, Perinus juga tetap memberdayakan hasil tangkap nelayan.
Melalui kemitraan dengan dengan nelayan dan quality control, nelayan di Sulsel mampu berkontribusi sebanyak 50% dari hasil tangkap gurita.
Adapun nilai ekspor gurita unruk setiap kontainer yang diekspor yakni sebesar $98 ribu, dengan muatan satu kontainer sebanyak 15 ton. Yana menyatakan, kerja sama tersebut juga merupakan bentuk dukungan dari Kementerian BUMN.
Asisten Deputi Industri Agro dan Farmasi 1, Kementerian BUMN, Imam Paryanto menjelaskan, dalam hal ini kementerian BUMN mendorong adanya hilirisasi.
Sebab selama ini produk perikanan Indonesia masih berupa raw material atau bahan mentah yanh diekspor. Karenanya, kerja sama yang dilakukan Perinus dan Kedutaan Besar Jepang diyakini akan memberikan nilai tambah.
"Yang mengerti produk hilirisasi kita ini, memang dari Jepang. Mereka membantu kita dalam hal teknologi supaya produknya itu sesuai dengan step mereka," ungkap Imam.
Ke depan ia berencana akan mengembangkan progam kerja sama tersbut. Sehingga, potensi untuk produksi perikanan lainnya juga bisa terus digenjot. Tak hanya gurita yang menjadi primadona pasar ekspor ke Jepang tetapi juga ikan tuna, cakalang dan lainnya.