Bisnis.com, MAKASSAR - Berbekal keinginan memanfaatkan potongan ikan sisa ekspor, mengolah dan meningkatkan nilai ekonomi, Kamaruddin Kohar berhasil mencetak cuan.
Kamaruddin Kohar, seorang warga Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan mula-mula mengumpulkan potongan ikan untuk dimanfaatkan menjadi produk olahan bakso. Hasilnya, bakso yang dijualnya kini begitu laku di pasaran Sulawesi dan bisa memberikan omzet hingga puluhan juta.
Owner Azzakhra Food tersebut mengatakan jika bahan baku bakso olahannya berasal dari sisa potongan ikan hasil ekspor yang diambil dari pabrik di kawasan Maros dan Bone. Bahan baku ini dikatakannya lebih murah jika dibandingkan ikan utuh di pasaran, sehingga jika diolah menjadi bakso, nilai jualnya bisa lebih terjangkau namun menguntungkan.
Selain sisa potongan ikan hasil ekspor harganya lebih murah, keunggulan lainnya yaitu ikan sudah dalam keadaan bersih saat dibeli karena telah difilter terlebih dahulu sebelum potongan lainnya diekspor.
"Ikan itu kan yang diekspor hanya bagian tengahnya sampai ekor, nah yang bagian tengah sampai kepala itu biasanya tidak diekspor. Itu yang kami manfaatkan jadi bahan baku bakso. Harga ikannya lebih murah hanya Rp27.000-an saja perkilogram, ikannya juga lebih bersih," jelasnya kepada Bisnis belum lama ini.
Kamaruddin mengungkapkan, berkat usahanya tersebut, kini dia bisa menghasilkan omzet rata-rata Rp50 juta perbulan dengan produksi mencapai 500 - 700 kilogram perbulan.
Baca Juga
Dia mengisahkan, usahanya ini mulai berdiri sejak 2010 silam. Dia melihat, beberapa ibu-ibu tetangganya begitu kreatif dalam membuat berbagai produk olahan, seperti bakso, abon, berbagai makanan ringan, hingga anyaman. Namun sayangnya, kreatifitas tersebut hanya dinikmati sendiri, tidak ada yang mencoba untuk memasarkan.
Akhirnya Kamaruddin mencoba untuk merangkul mereka dengan menyediakan wadah pengolahan yang hasilnya bisa dipasarkan. Melalui manajemen yang lebih tertata, dia mendorong ibu-ibu ini untuk bisa menghasilkan profit dari produk yang dihasilkan.
Pada tahun tersebut pula, dia mendirikan Azzakhra Food dengan produk utama adalah bakso ikan frozen. Mengingat dia mengenal beberapa tempat pengolahan ikan eskpor yang sisa hasil ekspornya tidak dimanfaatkan.
"Bersamaan dengan itu, saya mencoba membeli ikan-ikan sisa hasil ekspor ini. Karena ada sedikit kemampuan membuat bakso dan dibantu dengan kreativitas ibu-ibu ini, kami akhirnya mendirikan Azzakhra Food. Alhamdulillah sekarang sudah ada 10 pegawaiku yang semuanya ibu-ibu," paparnya.
Saat ini Azzakhra Food tidak hanya memproduksi bakso ikan frozen saja. Ada olahan lain yang muncul dari berbagai kreativitas mereka seperti bakso ayam, bakso daging, abon ayam, abon sapi, bahkan abon telur. Pemasarannya kini juga telah meluas ke berbagai kabupaten yang ada di Sulawesi, seperti Pinrang, Pangkep, Bone Makassar, hingga Polmas di Sulawesi Barat. Targetnya, dia bisa memasarkan hingga ke luar negeri setidaknya tahun depan.
Keberhasilan Kamaruddin dalam membangun usahanya tidak lepas dari peran perbankan yang membantunya menyediakan modal usaha, salah satunya CIMB Niaga yang memberinya bantuan pinjaman tanpa bunga saat Azzakhra Food tengah berkembang.
Komisaris Independen CIMB Niaga Jeffrey Kairupan yang belum lama ini mengunjungi Azzakhra Food di Maros, mengatakan UMKM adalah tulang punggung dalam pemberdayaan ekonomi, sehingga pihaknya perlu mengambil bagian dalam pengembangan dan pemerataan ekonomi ini.
Di regional yang perlu dapat bantuan infrastruktur, akses, hingga pendampingan seperti para UMKM di belahan Indonesia bagian timur, ditambahkannya perlu dapat perhatian yang lebih sehingga pemerataan bisa semakin terlihat.
"UMKM perlu dibina, didukung, dan didampingi, nah kami mengambil peran itu terutama di Sulawesi ini. Kami berharap Azzakhra Food dan lainnya bisa bertahan. Selain membantu dari pendanaan, kami juga bantu dalam konteks keahlian, produksi, proses distribusi, hingga pemasaran," tuturnya.