Bisnis.com, MANADO – Kondisi ekonomi dinilai menjadi penyebab utama dalam penurunan nilai ekspor Sulut pada semester I/2019. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sulut mengharapkan para eksportir dapat memanfaatkan peluang alternatif.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sulut Ivanry Matu menjelaskan, penurunan ekspor disebabkan oleh perlambatan ekonomi global. Hal ini membuat permintaan atas produk komoditas unggulan Sulut ikut terpangkas dan berdampak pada harga.
"Target pertumbuhan ekspor Sulut [7,5%] yang dipasang itu, kami bukan pesimistis tapi harus dilihat perkembangan beberapa faktor itu. Kalaupun kita berkaca pada semester I ini bisa jadi indikator, pertumbuhan di semester II pasti ada, tapi tidak signifikan," katanya kepada Bisnis, Senin (22/7/2019).
Melihat kondisi itu, menurutnya para pengusaha dan pemerintah dapat memaksimalkan potensi ekspor ke negara lain. China, menurutnya menjadi mitra dagang potensial bagi Sulut. Akses penerbangan langsung dari negara itu ke Sulut menjadi potensi utama.
Dia mengatakan, meski penerbangan itu masih bersifat chartered flight, ada ruang kargo kosong yang dapat dimanfaatkan. Menurutnya, komoditas perikanan bisa memanfaatkan potensi ini, khususnya untuk produk bernilai tinggi seperti lobster.
“Kalau tidak salah berdasarkan informasi yang kami terima itu masih ada kargo kosong sekitar 3 ton yang tidak terpakai dan ini bisa digunakan untuk ekspor ke China. Mudah-mudahan, ke depan ini dimanfaatkan dengan baik,” katanya kepada Bisnis, Senin (22/7/2019).
Dia mengharapkan, meski Sulut saat ini sedang mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, pemerintah tidak mengabaikan sektor lain. Menurutnya, justru pertumbuhan sektor pariwisata harus dimanfaatkan untuk memaksimalkan potensi perdagangan dan industri Sulut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Sulut hingga akhir semester I/2019 mencapai US$396,17 juta. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu nilai ekspor itu mengalami penurunan sebesar 25,43%.
Adapun, pada Juni nilai ekspor Sulut mencapai US$54,96 juta, menurun 9,96% secara tahunan. Sementara itu, dibandingkan nilai ekspor pada Mei yang mencapai US$79,37 juta, ekspor pada Juni tercatat menurun 30,75%.