Bisnis.com, MAKASSAR – Ekspor perikanan Sulawesi Selatan pada semester I/2019 naik hingga 533% (year on date) bila dibandingkan posisi akhir 2018.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, Sulkaf S Latief, menjelaskan pada 2018 lalu jumlah ekspor Sulsel 1.298 ton, sementara pada enam bulan pertama 2019 ini mencapai 4.039 ton.
Komoditas yang menyumbang kenaikan ekspor tersebut ikan tuna, udang, dan rumput laut. Adapun negara negara tujuan ekspor yaitu Korea Selatan, Vietnam, dan Jepang.
"Untuk ekspor komoditi perikanan 2019 ini masih didominasi oleh komoditi rumput laut yang mencapai 83%, disusul komoditi karaginan sebesar 4%," kata Sulkaf, Senin (15/7/2019).
Sejauh ini, kata dia, komoditas rumput laut paling banyak diekspor ke China, Australia, Filipina dan Inggris. Keempat negara tersebut masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar rumput laut asal berbagai daerah di Sulsel, di antaranya dari Kabupaten Pinrang dan Kota Parepare.
Pada semester II/2019, Sulkaf optimistis ekspor komoditas perikanan masih akan bergerak naik. Meski belum bisa menyebut angka pastinya. Namun, ia menyatakan peningkatan itu akan dipicu oleh sejumlah faktor.
Salah satunya, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18/2018, tentang jenis komoditas wajib periksa karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan. Ia meyakini, Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel masih menyanggupi ketentuan itu.
"Selain itu, kita juga percaya bahwa aksesibilitas bisa menggenjot kinerja ekspor perikanan kita. Apalagi setelah adanya direct call," ungkap Sulkaf.
Sementara untuk komoditi rumput laut yang paling banyak berkontribusi pada nilai ekspor komoditas perikanan.
Sulkaf menyatakan, akan tetap berupaya menjaga sinergitas dengan sejumlah pihak guna menggenjot ekspor rumput laut di Sulsel. Esportir CV Adi Tirta misalnya, yang mampu mengekspor rumput laut hingga 100-125 ton per bulan.
Adapun negara tujuannya ekspor yakni China, Amerika, Amerika Latin, dan Spanyol. Angka tersebut dinilai cukup fantastis oleh Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah.
Nurdin menyebut, faktor lain dengan adanya peningkatan signifikan dari ekspor komoditas perikanan sebab adanya kemudahan perizinan yang telah diberikan oleh Pemprov Sulsel. Termasuk persoalan harga yang bisa dinikmati nelayan, sehingga membuat nelayan lebih semangat untuk membudidayakan rumput laut.
"Misalnya dulu di Bantaeng itu dari harga Rp7000 menjadi Rp17.000. Karena kenaikan harga yang tinggi petani langsung beli mobil. Sekarang sudah mencapai Rp25.000 per kilogram. Termasuk kemudahan izin untuk para eksportir," beber Nurdin.
Nurdin berharap, semua yang berkaitan dengan perizinan baik ekspor maupun izin industri harus diberikan kemudahan. (k36)