Bisnis.com, MANADO—Neraca perdagangan Provinsi Sulawesi Utara pada bulan terakhir kuartal I/2019 mengalami surplus sebesar US$58,44 juta.
Kendati demikian, posisi tersebut tercatat menurun secara bulanan maupun secara tahunan.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan nilai ekspor dan kenaikan nilai impor.
Neraca perdagangan Sulut terkoreksi 18,15% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$69,05 juta. Secara tahunan, nilai tersebut juga terkoreksi 23,47%.
Total nilai ekspor Sulawesi Utara (Sulut) pada bulan lalu tercatat sebesar US$69,8 juta, menurun 1,95% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$71,19 juta.
Adapun, secara year on year atau secara tahunan nilai ekspor tersebut menurun 25,80%.
Ekspor Sulut masih didominasi oleh golongan barang minyak dan lemak nabati pada periode tersebut. Kendati demikian, share atau kontribusi golongan barang itu menurun menjadi 45,71%, dari bulan sebelumnya sebesar 56,28%.
Secara bulanan atau month to month, nilai free on board (FOB) dari kelompok tesebut mengalami penurunan 21,51%. Produk yang menjadi komoditas ekspor unggulan adalah produk olahan kelapa, seperti virgin coconut oil (VCO), kopra, dan minyak kelapa.
Pada periode tersebut, negara tujuan ekspor dengan porsi paling besar adalah Amerika Serikat sebesar US$14,76 juta atau setara 21,46% total ekspor. Peringkat lima terbesar selanjutnya diisi oleh Singapura, Tiongkok, Brazil, dan Korea Selatan.
Dari total ekspor tersebut, 34,72% di antaranya diekspor langsung melalui Pelabuhan Bitung atau mencapai US$23,89 juta. Kendati demikian, nilai tersebut menurun hampir separuhnya dari posisi Februari yang tercatat sebesar US$42,41 juta.
Di sisi lain, total ekspor yang dikirim melalui pelabuhan Amurang justru mengalami peningkatan signifikan. Dari total nilai sebesar US$3,15 juta pada Februari, meningkat menjadi US$11,05 juta pada Maret.
Sementara itu, pertumbuhan nilai impor Sulut pada Maret tercatat meningkat lebih dari 430% dibandingkan bulan sebelumnya.
Nilai impor meningkat dari US$2,14 juta menjadi US11,36 juta pada akhir kuartal I/2019. Namun, secara tahunan, impor tercatat menurun 8,02%.
Menurut golongan barangnya, kenaikan impor dikontribusi oleh golongan barang bahan bakar mineral yang mencapai US$7,94 juta.
Golongan barang itu menggeser golongan mesin/peralatan listrik yang pada bulan sebelumnya tercatat sebagai kontributor impor terbesar Sulut.
Berdasarkan negara asalnya, Malaysia menjadi pemasok komoditas impor terbesar Sulut, yakni sebesar US$6,7 juta atau setara dengan 59% nilai impor pada Maret.
Malaysia menggeser China yang pada bulan sebelumnya menjadi kontributor impor terbesar sulut.