Bisnis.com, MANADO—Pemerintah Sulawesi Utara mendorong ekspor komoditas ke negara tujuan alternatif untuk menyiasati penurunan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor sebelumnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Jenny Karouw mengatakan bahwa selama ini Uni Eropa dan Amerika Serikat menjadi tujuan utama ekspor komoditas, khususnya untuk produk kelapa dan turunannya.
Namun, seiring dengan menurunnya permintaan dari negara-negara tersebut, pemerintah menyasar negara tujuan alternatif lain, seperti Amerika Latin dan Afrika. Menurutnya, kawasan tersebut cukup potensial dan belum tergarap secara maksimal.
“Mereka [Uni Eropadan Amerika Serikat] menekan harga, biasanya mereka ambil 1.500 barel per tahun, ini mereka tekan sampai 950 barel per tahun, itupun mereka juga menekan harga. Makanya harga kopra turun, karena itu dipengaruhi oleh harga pasar dunia,” jelasnya, belum lama ini.
Menurunnya permintaan dari pasar Amerika Serikat, lanjutnya, merupakan imbas dari kebijakan ekonomi negara tersebut di tingkat global. Negeri Paman Sam memberlakukan tarif biaya masuk yang lebih besar untuk menyeimbangkan nearaca perdagangan mereka.
“Jadi mereka tekan barang-barang yang masuk, kalau tidak salah 25% biaya tarifnya, kalau dulu cuma 10%, sekarang mereka naikkan sampai 25%, efek perang dagang dengan China, itu termasuk untuk Indonesia dampaknya,” ujarnya.
Jenny mengatakan, pemerintah daerah juga akan menggenjot produksi minyak kelapa sebagai komoditas turunan dari kelapa. Hal itu diharapkan dapat meningkatkan konsumsi daerah untuk menyerap komoditas yang ada di pasar.
Dia menjelaskan, bantuan mesin pengolahan telah diberikan oleh pemerintah kepada Industri Kecil Menengah (IKM) pengolahan minyak kelapa, baik melalui Disperindag, ataupun dinas lainnya. Sejauh ini, Disperindag Sulut telah memberikan 10 mesin kepada pelaku industri di Minahasa Selatan.
“Jadi begini, pengolahan minyak kelapa sudah dari dulu, tapi kalau secara konvensional dia tidak akan mendapatkan nilai ekonomis tambahan, karena dia pasti produksinya pasti terbatas, jadi kalau bantu pakai mesin maka tambah besar produksi tiap hari, dia bisa antarpulau, juga untuk konsumsi lokal.”