Bisnis.com, JAKARTA – Belasan kapal peti kemas di Terminal Petikemas Makassar (TPM) saat ini dilaporkan sulit melakukan bongkar muat dan antreannya semakin panjang.
Kepala Otoritas Pelabuhan Makassar Harno Trimadi saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (3/1/2019), mengatakan menumpuknya kapal peti kemas di TPM terjadi akibat kondisi terminal yang sudah berlebih dari kapasitasnya (overload).
Kapasitas TPM, kata Harno, hanya sebesar 600 ribu twenty-foot equivalent unit (TEUs). Sedangkan barang masuk sudah mencapai lebih 670 ribu TEUs.
Ada belasan kapal yang mengantre. Kondisi ini sudah terjadi beberapa minggu. Sempat kembali normal saat Menteri Perhubungan datang, beberapa waktu lalu, katanya.
Selain faktor kenaikan frekuensi kapal dan barang yang masuk ke Pelabuhan Makassar, tertundanya aktivitas bongkar muat belasan kapal ini juga terjadi akibat berkurangnya peralatan di TPM. Hal itu karena sebagian peralatan sudah dipindahkan ke terminal baru yaitu Makassar New Port (MNP) yang sudah diujicoba pada 2 November tahun lalu.
Masalahnya, aktivitas kapal menuju MNP tidak mulus lantaran jalur menuju terminal baru ini cukup dangkal sehingga mayoritas kapal pengangkut peti kemas lebih memilih untuk bongkar muat di terminal lama.
"Untuk mengantisipasi masalah ini, kita alihkan bongkar muat sebagian kapal ke terminal Multipurpose," imbuh Harno.
Berdasarkan data di TPM, beberapa kapal yang kini sedang antre adalah Maratus Menado yang akan bongkar 522 kotak peti kemas dan muat 540 kotak peti kemas. Kapal Strait Mas bongkar 510 kotak dan muat 243 kotak sementara kapal CTP Innovation akan bongkar 358 kotak dan muat 392 kotak.
Ketua DPC INSA Makassar Capt. Zulkifli Syahril mengungkapkan, antrean panjang kapal petikemas ini sudah terjadi sekitar dua bulan. Hingga kini, ada 17 kapal yang mengantri.
Kondisi ini diperkirakan baru akan kembali normal pada Februari mendatang atau setelah beroperasinya Pelabuhan MNP. Kemarin ada kesalahan teknis. Ada perawatan pada RTG (alat pengangkutan) yang membuat kapal antre, ungkapnya.
INSA berharap pengelola Terminal Petikemas Makassar segera mencari solusi terbaik, sehingga pelaku usaha dapat memangkas beban biaya. Apalagi, tambahnya, sebagai gerbang utama perekonomian wilayah Indonesia Timur, Makassar memiliki posisi strategis dalam bisnis logistik nasional.
"Semakin lama aktivitas bongkar muat barang, biaya logistik akan semakin tinggi. Apalagi tarif bongkar muat kapal juga baru naik. Kasihan pengusahanya jika situasi seperti ini terus berlarut-larut," tegasnya.