Bisnis.com, MANADO—Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Bumi Nyiur Melambai pada tahun ini menjadi 5,9% -6,1% dari semula 6,0%-6,4% akibat akibat tekanan pada ekspor dan serapan anggaran pemerintah yang lambat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo menyatakan, capaian pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun nanti sangat bergantung pada upaya pemerintah daerah dalam mengoptimalkan belanja anggaran.
Nyatanya, hingga awal Desember, realisasi penyerapan anggaran di Pemerintah Provinsi Sulut baru mencapai 69%.
“Apakah dalam waktu satu bulan ini bisa digenjot lagi karena pengeluaran pemerintah per akhir tahun ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut,” ujarnya, Selasa (04/12).
Idealnya, dia menilai pemerintah mampu mengejar serapan anggaran di bulan terakhir ini, hingga berada di atas 90%. Meski demikian, pihaknya memprediksi realisasi anggaran hanya akan mencapai 70% hingga 80%.
Dia menjabarkan, pertumbuhan ekonomi Sulut mulai melambat sejak triwulan II. Pada triwulan I, perekonomian Sulut tumbuh hingga 6,68%.
Baca Juga
Namun, anjloknya harga kopra yang berkontribusi hingga 61% terhadap ekspor Sulut menekan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II yang tercatat 5,83% dan kian melambat menjadi 5,6% pada triwulan III.
“Perkiraan kita hampir di angka 6% sehingga kita mengambil posisi dari 5,9% sampai 6,1%. Bisa di atas 6% kalau terjadi lonjakan pengeluaran maupun pertumbuhan pariwisata di luar perkiraan kita, tetapi kemungkinannya agak kecil mengingat tingginya harga transportasi udara,” ujarnya.
Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw mengaku penumpukan serapan anggaran di triwulan terakhir telah menjadi fenomena klasik yang berulang setiap haru.
Menyadari hal tersebut, pihaknya pun mendorong dinas terkait untuk melakukan lelang dini sejak akhir tahun ini sehingga penyerapan anggaran dapat berjalan merata sejak awal tahun depan dan dapat menimbulkan efek berganda bagi pertumbuhan ekonomi Sulut tahun depan.
“Fenomena anggaran ini kita tahun ini sampai 1 Desember baru 69%, tetapi kita tetap optimis akhir tahun bisa sampai 96%,” jelasnya.
Adapun pada tahun depan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara optimistis untuk membidik target pertumbuhan ekonomi berkisar 6,1% hingga 6,8% pada 2019, lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia yang menargetkan 6,1% hingga 6,4%.
Dia optimistis target tersebut dapat tercapai dengan mengandalkan sektor pariwisata yang diyakini semakin moncer pada tahun depan. Terlebih setelah mendapatkan konfirmasi rencana pembukaan rute penerbangan baru Kinabalu—Manado dari Malindo Air dan rute Davao-Manado dan Manila—Manado dari Philippines Air.
“Gubernur untuk tahun depan sudah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 6,1% sampai 6,8%. Ada 10 prioritas pembangunan kita tahun depan untuk mencapai target tersebut. Pariwisata juga akan menjadi idola,” ujarnya.
Lebih lanjut, pihaknya optimistis pembukaan tiga rute baru penerbangan tersebut mampu mengerek jumlah kunjungan wisatawan mancanegara hingga 20%. Pada tahun depan, dia menyebut Pemprov Sulut menargetkan jumlah kunjungan wisman hingga 200.000, sementara jumlah wisatawan nusantara di atas 2,5 juta orang.
Sementara dari sisi investasi, Pemprov Sulut berencana untuk lebih fokus menggarap KEK Pariwisata Likupang pada tahun depan, setelah pengembangan KEK Bitung stagnan akibat harga lahan yang dinilai terlalu mahal bagi investor. Sejauh ini, pihaknya mengaku telah ada tujuh investor yang akan membuka perhotelan baru di Sulut pada tahun depan.