Bisnis.com, MAKASSAR - Pembengkakan waiting time di Pelabuhan Makassar yang terjadi dalam kurun dua pekan terakhir diklaim dipicu oleh lonjakan angka kunjungan kapal dibarengi dengan kenaikan signifikan volume bongkar muat pada terminal peti kemas kelolaan Pelindo IV.
Kondisi tersebut diakui manajemen berada di luar proyeksi perseroan perihal momentum pertumbuhan angka kunjungan kapal maupun lonjakan volume kontainer yang dilayani.
GM Pelindo IV Cabang Terminal Peti Kemas Makassar (TPM) Yosef Benny Rohy berdalih jika langkah penanganan telah dirancang sejak tiga bulan lalu, dengan asumsi mobilisasi alat baru membutuhkan waktu.
"Pertengahan Oktober lalu, kapal yang berkunjung sangat kurang bahkan dermaga sempat kosong kosong, nanti minggu keempat oktober semua bersamaan datang. Makanya ada antrian kapal," katanya kepada Bisnis, Senin (12/11/2018).
Dia mengemukakan kondisi yang terjadi secara serentak memasuki pekan terakhir Oktober itu kemudian berimbas saat memasuki November dan terasa hingga saat ini.
Adapun waktu tunggu kapal yang hendak sandar dan melakukan bongkar muat di TPM (waiting time) terpicu oleh agka kunjungan yang melonjak menjadi 135 call padahal sebelumnya di kisaran 112 call, serta kuantitas bongkar muat yang mencapai 59.000 TEUS's.
Baca Juga
Selain itu, kepadatan pada sisi kegiatan receiving delivery pada area TPM juga mengalami peningkatan tinggi, di mana saat kondisi normal hanya 1.300 truk per hari, menjadi hingga 2.000 truk per hari.
"Namun beberapa langkah penanganan untuk mengurai permasalaha ini sudah kami siapkan. Mulai dari pengadaan tambahan alat bongkar muat, termasuk pengalihan kapal ke MNP untuk pelayanan," katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (12/11/2018).
Adapun peralatan bongkar muat yang dimaksud berupa 6 unit alat reach stacker untuk kegiatan receiving dan delivery dari TPM, sehingga lebih memperkuat kapasitas terpasang.
Dengan penambahan itu, papar Yosef, pihaknya total memiliki 22 unit reach stacker yang mampu melayani kegiatan receiving dan delivery sebanyak 300 TEU's per hari.
“Hanya memang dengan banyaknya kegiatan receiving dan delivery, tentunya kami membatasi kegiatan bongkar muat. Tapi dengan alat yang baru nanti, kami bisa lebih fokus meningkatkan dan mengakselerasikan antara kegiatan bongkar muat dengan receiving dan delivery.”.
Selain itu, lanjut dia, kapasitas bingkar muat di TPM segera diperkuat oleh penambahan RTG yang dijadwalkan terealisasi pada Desember 2018, yang mana dipercepat dari jadwal sebelumnya April 2019.
“Kedatangan alat RTG yang baru nanti akan difokuskan untuk kegiatan bongkar muat, sedangkan reach stacker difokuskan pada receiving dan delivery,” kata Yosef.
Sebagai informasi, antrian kapal mengular di Pelabuhan Makassar yang sebagian besar merupakan kapal barang/kontainer yang hendak sandar di TPM.
Bahkan, waiting time rerata membengkak mulai dari dua hari dan beberapa diantaranya menjadi lima hari lantaran tidak optimalnya pelayanan di TPM.
Sementara itu, Dirut Pelindo IV Farid Padang mengatakan ada kenaikan kegiatan bongkar muat sebanyak 20% di TPM, ditambah dengan uji coba pengoperasian di pelabuhan baru Makassar atau Makassar New Port (MNP) yang baru dilakukan soft launching pada 2 November lalu.
“Kami mencoba mencari solusi [untuk mengatasi antrian kapal di TPM] dan salah satu solusinya adalah menambah peralatan baru, terutama di TPM,” kata Farid dalam keterangan usai menerima stakeholder yang terdiri dari pelaku usaha perusahaan pelayaran dan pelaku usaha ekspor, Senin (12/11/2018).
Selain menambah alat baru, dia juga mengatakan pihaknya segera melakukan pengaturan sistem yang lebih baik lagi di pelabuhan, terutama di Pelabuhan Makassar dan TPM yang tercatat sebagai pelabuhan tersibuk di antara 27 pelabuhan yang dikelola oleh BUMN penyedia jasa kepelabuhanan ini.
“Kami akan melakukan perencanaan operator di pelabuhan dengan lebih baik lagi. Tentunya, kami juga akan mengoptimalkan shift 3 dengan lebih maksimal,” terangnya.
Kemudian terkait dengan pengoperasian MNP, Farid menegaskan kehadiran pelabuhan baru itu di Makassar bukan untuk mematikan atau melemahkan keberadaan Pelabuhan Makassar, utamanya TPM.
Dia menilai kehadiran MNP untuk memperkuat posisi TPM yang selama ini dikenal sebagai pelabuhan tempat bongkar muat dan ekspor impor barang terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Bahkan, pihaknya akan mempercepat pengoperasian MNP begitu izin dari Kementerian Perhubungan dikeluarkan, guna meminimalisir antrian di pelabuhan yang lama di Makassar.
Dia juga menepis bahwa dermaga MNP hanya diperuntukkan bagi kapal milik perusahaan pelayaran asing. “Tentunya, MNP juga akan melayani kapal-kapal barang milik perusahaan pelayaran nasional, seperti yang selama ini dilakukan di TPM.”.
Ketua DPC Asosiasi Pengusaha Kapal Indonesia (Indonesia National Shipowners Association/INSA) Makassar, Zulkifli Zahril mengungkapkan bahwa kehadiran MNP merupakan salah satu solusi yang tepat bagi pengguna jasa kepelabuhanan.
Apalagi, menurutnya, antrian kapal di TPM yang terjadi beberapa waktu belakangan ini membuat pengeluaran yang harus dirogoh dari dalam koceknya cukup membengkak.
“Semoga Pelindo IV segera menemukan solusi atau kebijakan terbaik, agar bisa segera mengatasi permasalahan ini,” katanya.
Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulselbar, Arief R. Pabettingi berharap dengan kehadiran MNP, pelayanan yang dilakukan Pelindo IV selama ini bisa meningkat lebih baik lagi.