Bisnis.com, MANADO – Badan Pusat Statistik melihat derasnya impor bahan bakar mineral ke Sulawesi Utara berpotensi memberikan dampak yang positif bagi perekonomian provinsi tersebut.
Kabid Distibusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut) Marthedy M. Tenggehi mengatakan bahan bakar mineral mengandung hidrokarbon yang penggunaannya ditujukan untuk industri.
“Peningkatan impor berimplikasi ke industri. Ini berdampak baik karena bisa menciptakan produk-produk baru yang mampu menunjang perekonomian Sulut,” ujarnya melalui pesan singkat kepada Bisnis, Senin (16/4/2018).
Selain itu, bahan bakar mineral juga digunakan untuk kapal pembangkit listrik atau marine vessel power plant (MVPP). Seperti diketahui, di Pantai Moinit, Minahasa Selatan terdapat MVPP berkapasitas 120 MW yang berasal dari Turki untuk membantu pasokan listrik di Sulut.
Selain golongan bahan bakar mineral, impor cukup besar ada pada benda-benda dari besi dan baja. Tidak hanya itu, sambung Marthedy, ada peningkatan impor mesin-mesin dan pesawat mekanik.
Seperti diberitakan sebelumnya, BPS Sulut melaporkan realisasi impor pada Maret 2018 senilai US$12,35 juta, naik 332% dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebear US$2,86 juta. Angka itu melesat hingga 808% dibandingkan realisasi Maret 2017 yang senilai US$1,36 juta.
Baca Juga
Jika melihat dari golongan barangnya, impor bahan bakar mineral adalah yang paling mendominasi yakni hingga 55,7% dengan nilai US$6,88 juta. Padahal, pada Februari 2018, BPS mencatat tidak ada impor bahan bakar mineral ke Bumi Nyiur Melambai.