Bisnis.com, MAKASSAR—Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menanggapi pemberitaan yang menyebutkan Indonesia sebagai negara penyumbang kedua sampah plastik ke laut.
Menurutnya, informasi tersebut menggunakan data 2015. Sementara itu, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, berbagai komunitas peduli sampah bersama pemerintah Indonesia telah bergerak luar biasa.
“Dari 2015 sampai sekarang sudah terjadi banyak perubahan di Indonesia, karena dinamika di masyarakat seperti peduli sampah juga sangat tinggi,” kata Menteri Siti saat menghadiri rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di Makassar, Minggu (18/3/2018).
Gerakan komunitas peduli sampah, kata Menteri Siti, melibatkan hampir semua lini masyarakat, mulai pelajar, organisasi Pramuka, swasta, lembaga pemerintah, dan lainnya.
“Jiwa anak-anak sudah ada yang terbentuk untuk sadar sampah dan mengolah sampah menjadi produktif menolong ekonomi keluarga melalui bank sampah, itu contoh nyata,” kata Menteri Siti.
Terkait dengan pengelolaan sampah, saat ini terdata ada sekitar 5.244 bank sampah dan 500 tempat pembuangan akhir (TPA) yang tersebar di 30 provinsi di Indonesia.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) KLHK juga sudah melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan kemasan untuk produksi ramah lingkungan.
Kembali pada masalah sampah plastik di laut, dikatakan Menteri Siti bahwa hampir 80% sampah laut berasal dari daratan. Adapun sisanya berasal dari laut itu sendiri dan dipengaruhi oleh arus dari tempat lain.
“Ada video viral sampah direkam di Laut Bali pada 3 Maret. Sehari setelahnya di lokasi itu sudah nggak ada lagi sampahnya. Artinya sampah terbawa arus laut,” katanya.
Pemerintah pusat di bawah koordinasi Menko Maritim bersama pemerintah daerah saat ini sudah mengambil langkah-langkah penanganan mengatasi sampah plastik di pantai dan laut di seluruh Indonesia.
Kemenko Maritim bekerjasama dengan Bank Dunia juga melakukan kajian sampah plastik di laut pada 20 lokasi, dimana Kota Denpasar, Bali, menjadi salah satu lokasinya
Pemerintah Indonesia juga telah berkomitmen mengurangi sampah plastik di laut sebanyak 70% dan mengurangi limbah melalui reduce-reuse-recycle sebanyak 30% pada 2025.
Ini diperkuat melalui Peraturan Presiden (Perpres) 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah.
Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah di Laut.
Aksi nasional ini dilakukan di 26 kota yang memiliki pantai atau sungai besar bersama masyarakat, antara lain di Surabaya, Manado, Jakarta Utara, Denpasar, dan Banjarmasin.
“Setelah Makassar, kita akan lanjut ke Labuan Bajo. Kita akan lakukan safari bersih sampah di pantai dan laut untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat peduli lingkungan,” kata Menteri Siti.
Selain edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, pemerintah juga terus berkoordinasi dengan semua pihak termasuk dunia internasional guna mencari solusi pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan.
Melalui Ocean Foundation, juga telah melakukan percobaan dengan memasang jaring dan menghisap sampah-sampah sebagai salah satu cara mengatasi masalah sampah di laut.
Menteri Siti pun memberi apresiasi pada pemda dan berbagai komunitas peduli sampah yang sudah berperan aktif untuk bertindak nyata dan menyosialisasikan pemanfaatan sampah menjadi lebih produktif.