Bisnis.com, KENDARI—Kadis Kelautan dan Perikanan Bombana, Syarif, mengatakan, budidaya kepiting bakau di pesisir pantai di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, hingga kini masih dilakukan secara alami.
Memang ada beberapa nelayan sekaligus pemilik tambak yang mulai melakukan penangkaran secara kecil-kecilan.
Syarif yang dihubungi melalui telepon di Kendari, Rabu (27/9/2017) mengatakan, kepiting bakau yang masa tangkapnya pada bulan tertentu itu, masih cukup banyak berkembang di wilayah pesisir khususnya di Kecamatan Lantari Jaya, Rarowatu dan sebagian di Poleang dan Poleang Barat dan Selatan.
Ia mengatakan, kepiting bakau dan konservasi mangrove di wilayah Bombana seharusnya menjadi perhatian, namun karena terbatasnya sumberdaya manusia dan anggaran yang ada sehingga pola penangkapan kepiting itu dilakukan secara tradisional oleh kelompok nelayan dan petambak di daerah.
Apalagi, kata mantan Camat di Bombana itu, kepiting bakau hasil tangkapan nelayan di Bombana, di era tahun 80-an hingga 2000 sebagai pemasok utama untuk konsumsi masyarakat Kota Kendari, bahkan diantarpulaukan ke luar daerah seperti ke Makassar dan Surabaya.
"Berkurangnya produksi kepiting bakau dari Bombana selama ini, karena areal kepiting itu tumbuh dan berkembang sudah menjadi areal tambak dengan budidaya ikan bandeng dan udang vaname," ujar Syarif.
Pasaran kepiting bakau di Bombana bahkan di Kota Kendari saat ini bervariasi mulai dari harga Rp35,000 per kilogram (ukuran kecil) hingga ada yang mencapai Rp75.000 per kilogram dengan pasar utama penjualan datang dari pemilik rumah makan dan restoran kelas menengah di daerah ini.