Bisnis.com, MAKASSAR - Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Sulawesi Selatan membentuk dewan bisnis yang diharapkan mampu lebih mendorong pengembangan usaha dari seluruh anggota asosiasi dari sisi kapasitas.
Ketua Apindo Sulsel La Tunreng mengemukakan dewan bisnis yang dibentuk tersebut dipersiapkan menjadi fasilitator bagi pengusaha lokal yang bernaung dalam asosiasi untuk menemukan model bisnis yang tepat sekaligus optimalisasi potensi seluruh sektor.
Menurutnya, dewan bisnis juga diproyeksikan mampu menciptakan sebuah formulasi bisnis mampu mengakomodir seluruh anggota asosiasi sehingga lebih efektif dalam melakukan pengembangan kapasitas berbasis sinergitas dengan pengusaha skala nasional.
"Kedepanya, dewan bisnis ini akan melakukan pemetaan seluruh potensi usaha secara sektoral di Sulsel, kemudian bertindak sebagai fasilitator melalui skema B to B atau lainnya, sehingga anggota asosiasi bisa lebih aktif melakukan pengembangan kapasitas pada masing-masing lini bisnisnya," ujarnya, Minggu (10/9/2017).
Terdapat 14 sektor prioritas yang menjadi fokus pada dewan bisnis tersebut meliputi perdagangan, pertanian dan perkebunan, infrastruktur, pariwisata, properti dan konstruksi, pendidikan, keuangan dan perbankan, perhubungan, industri, ketenagakerjaan, logistik, UMKM, pertambangan serta public relation.
Menurut La Tunreng, langkah tersebut diharapkan agar pengelolaan seluruh sektor potensial bisa lebih atraktif dan terarah mulai dari produksi, pengelolaan, packing hingga pemasaran.
Adapun dewan bisnis dari Apindo Sulsel dipimpin oleh Eko Budi Santoso yang tercatat pula sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kelembagaan Dewan Pengurus Nasional (DPN) Apindo serta dinilai memiliki koneksi atau jaringan kolega bisnis skala nasional sehingga dapat membantu pengusaha lokal Sulsel yang tergabung dalam asosiasi.
Ketua Dewan Bisnis Apindo Sulsel Eko Budi Santoso menjelaskan, dewan bisnis ini akan memperkuat sektor ekonomi di Sulsel. "Perlu ada pemikiran supaya berkesinambungan. Melalui dewan bisnis ini diharapkan menjadi wadah teman-teman di Apindo dalam mengembangkan usaha yang ada," jelasnya.
Dia mencontohkan, Kabupaten Tana Toraja memiliki kopi sebagai komoditas andalan, tetapi selama ini belum terkelola secara maksimal lantaran ditengarai adanya tengkulak atau teknologi yang kurang memadai.
"Nantinya dibuatkan proposal supaya diketahui apa kebutuhan dan kendalanya dalam mengembangkan suatu potensi bisnis di lapangan. Pusat (DPN) akan membantu mencarikan solusinya, apakah itu dari sektor teknologi, pendanaan, maupun pemasaran," ujar Eko.
.jpg?w=184&h=104)
