Bisnis.com, MAKASSAR - Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diyakini tidak hanya memberi dampak negatif terhadap kinerja ekspor yang langsung menuju negara tersebut.
Bagi Sulawesi Selatan (Sulsel), efek tarif AS diproyeksi akan meluas ke penjualan komoditas menuju China.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulsel Rizki Ernadi Wimanda menyebut akan ada dampak second round effect melalui penurunan ekspor raw materials Sulsel ke China, khususnya komoditas besi stainless (ferro alloy nickel), rumput laut, dan karagenan.
Hal tersebut terjadi karena China membutuhkan banyak komoditas ini untuk diolah kembali menjadi beberapa barang turunan. Hasil dari olahannya inilah yang kemudian akan diekspor oleh China ke AS.
"Seperti ferro alloy nickel, meskipun tidak terdampak langsung oleh tarif dagang AS, namun produk turunannya berupa stainless steel yang diekspor China ke AS akan terdampak. Sehingga berisiko menahan permintaan ekspor ferro alloy nickel Sulsel," kata Rizki Ernadi Wimanda di Makassar, Kamis (15/5/2025).
Total nilai ekspor Sulsel ke China pada 2024 sendiri tercatat sebesar US$1,38 miliar. Ferro alloy nickel menduduki posisi pertama terbanyak dengan nilai mencapai US$421,23 juta.
Baca Juga
Disusul rumput laut sebesar US$121,06 juta, pasta coklat sebesar US$67,77 juta, tepung karagenan sebesar US$43,12 juta, dan komoditas lainnya US$734,5 juta.
Maka dari itu dengan penurunan ekspor stainless steel dan rumput laut China ke AS, dampak penurunan proporsional sejumlah impor raw materials dari Sulsel cukup signifikan, bisa mencapai 0,03% atau setara Rp16,49 miliar.
Jika ini terjadi maka perekonomian Sulsel akan terdampak dengan penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diproyeksi sebesar 0,004%.
"Sebagai gambaran, komoditas utama yang diimpor China dari Sulsel antara lain besi stainless dan rumput laut. Di mana pangsa ekspor China ke AS untuk 2 komoditas ini masing-masing 5,8% dan 2,7%," ujar Rizki.