Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerimaan Bea Cukai Sulsel per April 2024 Rp131,95 Miliar, Tumbuh 36,41%

Pertumbuhan ini ditopang oleh bea masuk yang tumbuh sebesar 75,33%.
Petugas Bea Cukai menjalankan tugasnya di Bandara Soekarno-Hatta./Istimewa
Petugas Bea Cukai menjalankan tugasnya di Bandara Soekarno-Hatta./Istimewa

Bisnis.com, MAKASSAR - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sulawesi Bagian Selatan (Kanwil DJBC Sulbagsel) mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai di Sulawesi Selatan (Sulsel) selama Januari - April 2024 sebesar Rp131,95 miliar, tumbuh 36,41% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp96,73 miliar.

Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai Kanwil DJBC Sulbagsel Zaeni Rokhman mengungkapkan capaian ini ditopang oleh peningkatan penerimaan bea masuk yang cukup signifikan sebesar 75,33% (yoy) atau realisasinya sebesar Rp99,78 miliar. Padahal jika melihat realisasi tahun sebelumnya, hanya Rp56,91 miliar.

Pertumbuhan ini akibat realisasi impor bayar yang melonjak tajam mencapai 391,3%. Pada April 2024 saja, importasi beras bisa menyumbang Rp5,99 miliar, sementara importasi raw sugar konsisten menyumbang bea masuk mencapai Rp4,7 miliar.

"Bea masuk impor bayar raw sugar dan importasi sisa beras program pemerintah kemarin cukup mempengaruhi pertumbuhan realisasi kita hingga April 2024. Meskipun untuk penerimaan cukai dan bea keluar mengalami penurunan," paparnya melalui keterangan resmi, Senin (3/6/2024).

Penerimaan cukai di Sulsel hingga April 2024 diketahui mengalami kontraksi cukup dalam mencapai 24,53% atau realisasinya yang hanya Rp22,89 miliar. Padahal realisasi periode yang sama pada 2023 lalu bisa mencapai Rp30,33 miliar.

Hal ini dikatakan Zaeni disebabkan oleh produksi hasil tembakau rokok yang terkoreksi 32,69% (yoy) akibat penyesuaian tarif cukai pada tahun ini. Selain itu dampak bulan Ramadan yang membuat konsumsi minuman alkohol berkurang masih dirasakan pada realisasi cukai MMEA hingga April 2024.

Sementara realisasi bea keluar yang sebesar Rp9,28 miliar juga mengalami penurunan 2,20% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp9,48 miliar.

"Penurunan bea keluar lebih disebabkan karena lonjakan harga ekspor kakao mencapai 110,2% yang menyebabkan turunnya permintaan. Di samping itu kesulitan bahan mentah kakao akibat menyusutnya lahan perkebunan lokal Sulsel juga menjadi kendala produksinya," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler