Bisnis.com, MAKASSAR — PT PLN (Persero) akan menyuplai kebutuhan energi baru terbarukan (EBT) untuk pabrik pemurnian atau smelter di Sulawesi Tenggara (Sultra), PT Ceria Metalindo Prima sebesar 7.384 Gigawatt hour (GWh) hingga 2030 mendatang melalui layanan Renewable Energy Certificate (REC).
Upaya tersebut dilakukan guna mendukung daya saing industri dengan pemanfaatan pasokan energi bersih di Indonesia, utamanya pada program hilirisasi mineral. Tidak hanya itu, PLN juga telah melakukan penandatanganan amandemen Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan total daya 514 Mega Volt Ampere (MVA) bersama PT Ceria Metalindo Prima dan PT Stargate Mineral Asia.
Direktur Retail dan Niaga PLN Edy Srimulyanti mengatakan REC adalah bentuk layanan PLN untuk memudahkan pelanggan mendapatkan pengakuan internasional atas penggunaan energi hijau yang transparan, akuntabel, dan diakui secara global. Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt hour (MWh) yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil.
"REC merupakan jawaban atas kebutuhan sektor industri dan bisnis dalam mendukung langkah dekarbonisasi, selaras dengan upaya pemerintah dalam mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat," ungkapnya melalui keterangan resmi, Rabu (22/5/2024).
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) Moch. Andy Adchaminoerdin menambahkan, hingga April 2024, pihaknya telah menjual REC kepada 6.617 pelanggan yaitu sebanyak 21.417 unit REC yang setara dengan Rp749 juta di seluruh wilayah operasionalnya.
"PLN siap mendukung penuh bagi pelanggan sektor industri dan bisnis yang ingin ikut serta dalam mendukung dekarbonisasi dengan menggunakan REC PLN. Apalagi persentase bauran EBT di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) yang telah mencapai 45,78%," jelas Andy.