Bisnis.com, MANADO - Bank Indonesia (BI) memperkirakan ada enam risiko perekonomian di Sulawesi Utara (Sulut) pada tahun 2024 ini.
"Meskipun ekonomi Sulut diperkirakan akan tumbuh namun masih terdapat beberapa risiko yang perlu menjadi perhatian bersama," kata Deputi Deputi Kepala Perwakilan Divisi Perumusan dan Implementasi Kekda BI Sulut Renold Asri, di Manado, Rabu (27/3/2024).
Dia mengatakan yang pertama, hambatan distribusi pangan khususnya komoditas beras yang berasal dari luar daerah berpotensi menahan kinerja LU Perdagangan.
Kedua, penurunan realisasi investasi swasta seiring dengan risiko wait and see investor.
Ketiga, katanya, hambatan teknis dalam realisasi APBN di daerah terutama penyaluran dana transfer ke daerah (TKD).
Keempat, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 7,38 persen meningkat 0,04 persen poin terhadap September 2022.
Baca Juga
Kelima, tren kenaikan impor luar negeri non migas, didorong peningkatan impor barang konsumsi.
Dan, keenam, katanya, perlambatan kinerja Sub LU Angkutan Udara seiring dengan kinerja wisman yang belum pulih.
Ia menjelaskan di tengah perlambatan ekonomi global, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,04 persen (yoy) pada triwulan IV 2023. Untuk keseluruhan tahun 2023 kinerja perekonomian Indonesia tumbuh 5,05 persen (yoy) meskipun mengalami perlambatan.
Sepanjang tahun 2023, secara spasial ekonomi di beberapa wilayah masih tumbuh kuat di atas angka nasional, yaitu wilayah Kalimantan (5,43 persen), Sulawesi (6,37 persen), dan Maluku & Papua (6,94 persen).
Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) pada tahun 2023 tumbuh positif 5,48 persen (yoy) menunjukkan tren pemulihan sejak tahun 2021 yang tumbuh 4,16 persen (yoy) dan tahun 2022 yang tumbuh 5,42 persen (yoy).
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Sulut tersebut kembali melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 5,05 persen (yoy) pada tahun 2023.