Bisnis,com, MAKASSAR — Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sulawesi Bagian Selatan (Kanwil DJBC Sulbagsel) mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai di Sulawesi Selatan (Sulsel) sepanjang 2023 mencapai Rp359,74 miliar, naik tipis 0,86% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp356,68 miliar.
Pertumbuhan penerimaan ini di antaranya dipengaruhi oleh kebijakan penyesuaian tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT), peningkatan produksi kakao ekspor, kontribusi palm kernel shell serta realisasi impor gula atau raw sugar, dan kontribusi minuman beralkohol.
Kepala Seksi Penerimaan & Pengelolaan Data Kanwil DJBC Sulbagsel Stefanus Palinggi memerinci, pertumbuhan tertinggi ada pada penerimaan cukai yang mampu naik mencapai 32,55%, di mana realisasi pada 2022 hanya Rp82,56 miliar, kemudian naik menjadi Rp109,43 miliar pada 2023.
Pertumbuhan penerimaan cukai sangat dipengaruhi oleh MMEA atau minuman beralkohol yang mampu mengalami pertumbuhan sebesar 6,18% (yoy) pada 2023. Selain itu, CHT atau produk tembakau seperti rokok juga berada pada kinerja positif dengan peningkatan 33,15% (yoy).
Selain cukai, penerimaan bea keluar juga mengalami pertumbuhan 2,19% menjadi Rp36,1 miliar pada 2023, yang mana pada tahun sebelumnya penerimaan bea keluar hanya Rp35,32 miliar.
"Penerimaan bea keluar didorong oleh kakao pada 2023 mencapai Rp29 miliar, meningkat sebesar 24,25%. Selain itu ekspor palm kernel shell juga berkontribusi sebanyak Rp7,1 miliar," paparnya kepada wartawan, Kamis (1/2/2024).
Baca Juga
Sementara bea masuk tercatat mengalami kontraksi 10,29% pada tahun tersebut. Dari penerimaan yang mencapai Rp238,8 miliar pada 2022, turun menjadi Rp214,22 miiar saja pada 2023.
Produksi raw sugar yang sempat terhambat akibat sulitnya pasokan air bersih di awal kuartal IV/2023 dianggap cukup menggerus penerimaan bea keluar. Meskipun begitu, Stefanus meyakinkan penerimaan dari komoditas ini tetap tinggi sebesar Rp117,38 miliar sepanjang 2023.