Bisnis.com, MAKASSAR - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tengah menyiapkan sejumlah langkah guna menjaga laju inflasi di wilayahnya bisa tetap stabil pada tahun ini. Beberapa program intervensi disiapkan, seperti gerakan pangan murah, operasi pasar dan stabilisasi pasokan serta harga pangan.
Pj Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel Andi Muhammad Arsjad mengungkapkan, secara teknis, beberapa program tersebut akan mulai dilakukan dengan pemantauan secara rutin harga-harga komoditas bahan pokok strategis, seperti beras, minyak goreng, gula pasir, cabai, bawang, dan lainnya. Komoditas ini menjadi sasaran utama pemantauan karena sangat rentan mempengaruhi inflasi Sulsel.
Tim pemantau atau enumerator akan diterjunkan ke beberapa pasar tradisional yang menjadi sampling bagi tiap daerah di 24 kabupaten/kota di provinsi ini. Tugas mereka akan mencatat beberapa panel harga supaya pemerintah senantiasa tahu akan pergerakan harga komoditas di pasar-pasar tersebut.
Jika terindikasi ada kenaikan harga yang signifikan, maka pemerintah provinsi akan siap melakukan beberapa program intervensi tersebut untuk menetralisir harga kebutuhan, terutama beberapa komoditas pokok.
Arsjad menambahkan, secara garis besar program pengendalian inflasi tetap dalam konteks upaya menjaga ketersediaan dan pasokan serta memastikan kelancaran distribusi pangan. Termasuk keterjangkauan harga dan komunikasi efektif dengan semua stakeholder.
"Saya yakin dengan neraca pangan yang ada, ketersediaan pangan di Sulsel masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat dalam beberapa bulan ke depan. Sementara tahun ini, melalui beberapa program itu, kami yakin inflasi Sulsel masih akan terkendali," paparnya, Kamis (4/1/2024).
Baca Juga
Sementara itu diketahui, momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru), serta masa libur sekolah berkontribusi besar terhadap kenaikan inflasi di Sulsel pada Desember 2023. Meski begitu, pergerakannya hanya meningkat tipis.
"Kondisi pergerakan inflasi Sulsel mengalami peningkatan tipis dari 2,79% meningkat menjadi 2,81%. Beberapa komoditas yang menjadi penyumbang inflasi paling besar adalah beras dengan andil 0,822% yang disusul cabai rawit 0,353%. Ini tentu harus menjadi perhatian kita semua untuk tetap mengoptimalkan kerja-kerja Tim Pengendali Inflasi Daerah," ujarnya.