Bisnis.com, MAKASSAR - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) melakukan langkah taktis dengan meluncurkan Gerakan Menanam Cabai sebagai upaya menstabilkan harga komoditas cabai, baik cabai merah maupun cabai rawit di wilayahnya. Pasalnya, harga komoditas tersebut dikenal begitu fluktuatif dan sangat rentan mempengaruhi inflasi Sulsel.
Target awal program ini adalah penanaman 240.000 tanaman cabai yang akan dipelopori oleh para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemprov Sulsel dengan proyeksi panen pada akhir tahun saat permintaan cabai cenderung sedang meningkat.
Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin mengatakan, program ini tengah berjalan dengan mewajibkan sekitar 24.000 ASN di lingkup pemerintah provinsi menanam 10 tanaman cabai perorang di pekarangan rumah mereka masing-masing. Cabai yang ditanam mulai dari cabai merah dan cabai rawit yang merupakan komoditas dengan permintaan cukup tinggi. Hasil panennya nanti diharapkan bisa dikonsumsi sendiri maupun didistribusikan ke masyarakat umum.
Ke depannya, Bahtiar mengungkapkan jika gerakan ini nantinya tidak hanya diperuntukkan oleh ASN Pemprov Sulsel saja, namun secara bertahap akan terus diperluas ke ASN kabupaten/kota hingga ke masyarakat secara umum.
"Kalau itu dilakukan semua, pegawai harus jadi contoh untuk masyarakat. Kalau 10 cabai ditanam dan dilakukan pegawai setidaknya terbantu dengan persoalan cabai. Apalagi kita proyeksikan akan dilakukan konsisten hingga level masyarakat," paparnya belum lama ini.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHBUN) Provinsi Sulsel Imran Jausi menambahkan jika program ini telah berjalan dan telah diterapkan oleh beberapa ASN. Saat ini program tersebut masih dalam proses pemantauan dan baru akan dilihat hasilnya kurang lebih tiga bulan kedepan.
Baca Juga
Gerakan Menanam Cabai tahap awal ini diproyeksi bisa panen pada akhir 2023 ini, mengingat pada akhir tahun, permintaan cabai di Sulsel cenderung meningkat. Oleh karena itu program ini diharapkan bisa menjadi langkah dalam menstabilkan harga cabai sampai akhir 2023 dan menjaga laju inflasi Sulsel tetap stabil.
"Saya kira ini langkah kecil tapi pengaruhnya besar, minimal satu komoditas bisa kita tangani dengan baik, apalagi cabai merupakan salah satu faktor pendorong inflasi Sulsel," paparnya.
Setelah gerakan yang dilakukan oleh para ASN berhasil, Imran mengatakan jika pihaknya akan memperluas target sasarannya ke masyarakat secara umum di tiap kabupaten/kota. Namun pihaknya kemungkinan besar akan fokus ke wilayah IHK di Sulsel yang meliputi Makassar, Palopo, Parepare, Bulukumba, dan Watampone.
Sementara diketahui, pada Agustus 2023, komoditas cabai rawit tercatat menjadi komoditas yang memberi pengaruh besar terhadap inflasi Sulsel secara bulanan. Andilnya mencapai 0,019 persen, paling besar keempat di bawah komoditas lainnya seperti beras (0,044 persen), rokok kretek filter (0,042 persen), dan angkutan udara (0,028 persen).
Per-18 September 2023, berdasarkan pantauan dari pusat harga komoditas Makassar, harga cabai di beberapa pasar di Makassar juga cenderung mengalami kenaikan. Di Pasar Maricaya contohnya, harga cabai merah telah mencapai Rp25.000 perkilogram, sementara cabai rawit mencapai Rp20.000 perkilogram.
Harganya naik jika dibandingkan bulan sebelumnya, di mana cabai merah saat itu masih di angka Rp20.000 perkilogram, dan cabai rawit seharga Rp18.000 perkilogram.